TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti, disambut dengan penuh gegap gempita bak superstar, saat menghadiri acara Lustrum XII SMA 1 Yogyakarta, di Jogja Expo Center (JEC), Jumat (15/12/2017).
Dalam agenda tersebut, Susi yang sempat dua tahun (1980-1982) menempuh pendidikan di sekolah yang populer dengan sebutan SMA Teladan itu, didapuk menjadi salah satu pembicara, dalam sesi "Talk Show Ibu Menteri Susi Pudjiastuti.
Susi yang tiba di JEC dengan didampingi Wakil Gubernur DIY, Sri Paku Alam X dan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, pada kisaran pukul 14.00 WIB, langsung mendapat sambutan meriah, dari para hadirin yang didominasi siswa serta alumni SMA 1 Yogyakarta.
Seperti yang dikenal selama ini, Susi tampak begitu ramah melayani beberapa ajakan selfie dari hadirin yang mengerumuninya.
Bahkan, sesaat sebelum acara dimulai, perempuan 52 tahun itu, menyempatkan diri mengitari barisan depan, sembari melambaikan tangan.
Terang saja, momentum langka yang diperolah di tengah kesibukannya sebagai salah satu sosok paling krusial di pemerintahan Indonesia saat ini, membuat Susi begitu semringah.
Terlebih dalam kesempatan itu, ia berjumpa lagi dengan rekan-rekan seangkatannya dulu.
Walau begitu, ibu tiga anak tersebut, mengaku kalau di benaknya terbesit rasa haru yang mendalam.
Mungkin, perasaan itu berkaitan dengan masa lalu Susi, yang urung menyelesaikan studinya di salah satu sekolah negeri unggulan di Kota Yogyakarta tersebut.
"Senang, bahagia. Tapi, terharu juga, gregel, ingat masa lalu. Kadang-kadang, masa lalu kan penting untuk kita semua, kemudian diingatkan," katanya.
Meski romantisme bersama SMA Teladan berhenti di tengah jalan, ia mengungkapkan beberapa kesan paling menarik, yang masih dikenangnya sampai sekarang.
Antara lain, kenangannya saat latihan baris-berbaris di sekolah yang berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto itu.
"Banyak kenangan menarik, makan bakso rame-rame, latihan baris-berbaris, terus diskusi yang berujung debat kusir," ujarnya.
Sampai saat ini, Susi masih melihat kedisiplinan yang ditekankan oleh para guru kepada siswa-siswi SMA 1 Yogyakarta.
Ia pun berpesan, supaya seluruh murid bisa lebih berpikir ke depan.
Terlebih, zaman sudah berkembang dengan begitu pesat.
"Anak-anak harus berpikir lebih maju. Pikirkan, segera rencanakan dan bekerja untuk masa depan. Saya lihat, mereka masih anak-anak yang disiplin," cetusnya.
Sementara itu, di depan ratusan hadirin, perempuan kelahiran 15 Januari 1965 tersebut, mengisahkan perjuangannya dalam mempertahankan kedaulatan maritim tanah air.
Terutama soal ketegasannya terhadap para pencuri ikan di lautan Indonesia.
"Menangkap ikan itu, urusan orang dan perusahaan Indonesia. Tidak boleh asing masuk. Kalau ikan masih berenang di laut (Indonesia) kamu ambil, itu namanya mencuri. Ya, saya tenggelamkan," tandasnya sembari disambut gemuruh tepuk tangan.
Namun, Susi tidak memungkiri, kalau langkah menenggelamkan kapal asing yang telah terbukti bersalah tersebut, memang sempat menimbulkan pro dan kontra.
Namun, ia berdalih dan meyakini, kalau apa yang dilakukannya itu, sesuai dengan amanat undang-undang.
"Beberapa ahli hukum bahkan cari-cari pasal untuk menyalahkan langkah menteri bodoh ini. Mereka kemukakan, tulis, kalau saya melanggar hukum internasional. Kalau saya memang salah, biarlah mereka tuntut saya," tukasnya.
"Ini bukan ide Susi Pudjiastuti, ini amanat undang-undang. Sudah 350 kapal saya tenggelamkan. Tidak ada rundingan, tidak ada omong-omong. Satu bahasan, tangkap, sita, tenggelamkan," lanjutnya.
Susi mengatakan, selama bertahun-tahun, ribuan kapal asing berbondong-bondong datang untuk mencuri kekayaan laut yang dimiliki Indonesia.
Menurutnya, polemik tersebut harus diselesaikan, karena ia menilai, bangsa yang kuasai dunia adalah bangsa yang kuat di laut.
"Sekadar lewat saja, ya boleh. Tapi kalau sampai lepas jala, lepas pancing, itu namanya mencuri ikan. Tenggelamkan," tegasnya.
Dengan kondisi tersebut, menurutnya, Deklarasi Juanda seakan-akan sudah dianggap tidak ada.
Bagaimana tidak, imbuhnya, tanpa Juanda, laut Indonesia mungkin hanya 1/25 dari yang dimiliki sekarang.
Sebelumnya, panjang pantai wilayah laut Indonesia hanya 3 mil saja, selebihnya laut Internasional.
"Ingat Deklarasi Juanda? Kita berhutang besar. Terbayang tidak, kalau pulau-pulau di Indonesia tersekat ratusan mil laut internasional. Berkat Juanda, lautan antara pulau-pulau itu menjadi milik kita dan diakui sebagai zona ekonomi ekslusif Indonesia," ucapnya.
Di samping itu, perempuan asal Pangandaran, Jawa Barat, tersebut, juga menceritakan kisahnnya saat awal mula ditunjuk oleh Presiden RI, Joko Widodo, untuk mengisi posisi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Terus terang, saat itu ia merasa heran dan terkejut.
Bukannya langsung menerima tawaran strategis itu, Susi malah mencecer presiden dengan beberapa pertanyaan, terkait alasan penunjukan dirinya.
Menariknya, ia sempat mengungkapkan pada Presiden, kalau dirinya adalah sosok yang sedikit gila.
"Saya bilang, kalau saya ini agak gila. Tapi, respon Pak Jokowi benar-benar di luar dugaan. Katanya, untuk mengurus Indonesia itu, dibutuhkan orang-orang yang setengah gila," tutur Susi, disambut gelak tawa para hadirin. (TRIBUNJOGJA.COM)