Sementara, saat ini lava di permukaan sekitar 20 juta m3. Tapi lava ini diam karena sudah tidak ada gas nya, berbeda dengan magma yang bergerak karena masih banyak gas nya.
"Kesimpulannya, data pemantauan multi-parameter mengindikasikan aktivitas vulkanik Gunung Agung cenderung menurun. Namun, belum reda sepenuhnya atau masih ada potensi untuk terjadi erupsi dengan skala eksplosivitas rendah. Oleh karena itu, seluruh pihak tetap menjaga kesiapsiagaan karena aktivitas gunung api sangat dinamis dan dapat berubah setiap saat," kata Devy.
Kepala Pos Pantau Gunung Agung, Dewa Mertayasa menjelaskan, letusan itu tidak terlalu besar dan tebal.
Asapnya berwarna kelabu.
Itu menandakan jika material yang naik ke atas sedikit dibanding sebelumnya, saar status awas.
"Arah sebaran abu ke timur laut dan timur, seperti di Kecamatan Kubu. Ketinggian kolom 1.500 meter dari kawah Gunung. Amplitudo letusan sekitar 21 mm. Durasinya sekitar 140 detik," jelas I Dewa Mertayasa.
Letusan tadi, kata Mertayasa, menandakan bahwa aliran magma ke permukan masih ada.
Hanya saja jumlahnya sedikit dibanding sebelumnya. Kegempaan juga masih tetap terjadi tiap hari.
Jumlahnya masih kecil sekitar 3-6 kali kegempaan tiap hari.
Baca: KPK Sita Uang Ratusan Juta Saat OTT Bupati Subang
"Sampai hari ini gempa vulkanik masih terekam, tapi tak seintens bulan sebelumnya. Sejak penurunan status hingga hari ini, baru sekitar 18 kali terjadi gempa. Itu artinya masih ada aliran fluida ke permukaan, tapi kecil," kata Dewa, sapaannya.
Ditambahkan, potensi terjadi letusan masih ada walau status dan aktivitas gunung menurun.
Cuma, daya letusannya masih kecil. Dampaknya sekitar radius 4 kilometer dari puncak Gunung Agung. (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)