Surat itu kembali membangkitkan harapan yang selama ini hanya terlintas dalam doa. Sang bunda masih hidup, namun butuh pertolongan segera.
Parsin dan saudaranya kini sudah tahu bagaimana harus bertindak. Alamat lengkap dalam surat itu jadi petunjuk beharga bagi mereka untuk menjemput sang bunda.
Tidak seperti sebelumnya, selama belasan tahun ia dan keluarganya tak tahu bagaimana harus berusaha.
Parinah tak pernah berkirim kabar, baik melalui surat maupun telepon. Pun tiada alamat yang tertinggal.
Keluarga itu hanya bisa pasrah, hingga terus melangitkan doa untuk keselamatan Parinah dimanapun dia berada.
Parsin dan saudaranya lalu mengadukan masalah yang dialami ibunya ke pemerintah melalui Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP4TKI) Cilacap.
Pemerintah menindaklanjuti aduan itu dengan koordinasi lintas sektoral. Semua instansi terkait bergerak.
Puncaknya, awal April 2018, Parinah berhasil diselamatkan dari rumah majikannya dengan bantuan Kepolisian Inggris di Brighton.
"Waktu itu ada polisi datang pas saya ada di depan rumah, saya lalu dibawa ke mobil," katanya.
Parinah sempat diinterogasi polisi di kantor kepolisian setempat sebelum dibawa ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London.
Parinah memutuskan bekerja ke Arab Saudi tahun 1999 silam karena alasan ekonomi. Ia bekerja dengan keluarga dokter kandungan berkewarganegaraan Mesir, Alaa M Ali Abdalla.
Tahun pertama bekerja ia masih nyaman tanpa masalah berarti. Bahkan sang majikan disebutnya baik hati.
Karena itu, satu setengah tahun kemudian, 2011, saat majikannya mengajaknya berpindah ke Inggris, ia tak pikir panjang untuk mengikutinya.
Perlakuan majikan memang cukup baik, Parinah tidak pernah mendapat kekerasan fisik.