News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom di Surabaya

Teori Mantan Teroris, Kenapa Teroris Pilih Kota Surabaya

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi mengevakuasi jenazah pelaku bom di Mapolrestabes Surabaya menuju kamar mayat RS Bhayangkara Polda Jatim, Senin (14/5). Total korban bom di Surabaya, di 3 Gereja dan Polrestabes Surabaya adalah 22 korbam meninggal dunia. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Pasca ledakan tiga gereja di Surabaya, pihak kepolisian terus berupaya keras mengejar jaringan teroris yang masih bersembunyi.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan sudah ada 13 tangkapan yang berhasil dilakukan.

Dari 13 tangkapan tersebut, empat di antaranya tewas karena melawan petugas saat proses penangkapan di kawasan Sidoarjo.

Baca: Dari Sepatu, Terungkap Teroris Penyiksa Polisi di Rutan Mako Brimob

Satu di antaranya adalah pelaku Anton yang berada di Rusun Wonocolo, Sidoarjo yang tewas di kamar blok B lantai 5.

"Kita lakukan tindakan terhadap 13 orang yang akan lakukan teror. 4 orang kita tembak mati karena melawan petugas. lokasinya di Sidoarjo, termasuk Anton," kata Kombes Pol Frans Barung Mangera (14/05/2018).

Untuk 9 tangkapan lainnya, Kombes Pol Frans Barung Mangera menjelaskan, lokasi penangkapannya tersebar di Sidoarjo dan Surabaya dalam kondisi hidup.

"9 tersebar di Sidoarjo dan Surabaya. Total penindakan kita hari ini ada 13 orang. 9 ditangkap hidup dan 4 lainnya tewas," tutupnya di Media Center Polda Jatim.

Penangkapan di lakukan terkait usaha dari 13 tersangka untuk melakukan serangan di beberapa lokasi yang masih di rahasiakan oleh pihak kepolisian.

Baca: Status-status Istri Dita Sebelum Meledakkan Diri Bersama Dua Putrinya

Pengakuan Rektor Unair

Rektor Universitas Airlangga Surabaya menyebutkan pelaku bom bunuh diri di Surabaya punya Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Cantik Semasa Kuliah Empat Semester.

Prof Muhammad Nasir, Rektor Unari menjelaskan, mahasiswanya bernama Dita Suprianto adalah mahasiswa yang tak sempat lulus.

Hal tersebut dikarenakan Dita ini memiliki cacatan pendidikan yang buruk karena mendapatkan IP 1,1 dan tak pernah dapat IPK lebih dari dua.

“IPK mahasiswa ini (Dita) hanya 1,7. Kalau IP persemester itu cantik-cantik yakni 1,1 saja,” cetusnya.

Tak hanya itu, sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Dika harus memenuhi kuota mata kuliah dan IPK minimal 2,5.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini