Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru Fernando Sikumbang
TRIBUNNEWS.COM, DUMAI - TIM Densus 88 Anti Teror Polri mendatangi gubuk milik satu terduga teroris di Kota Dumai, Kamis (17/5/2018) siang.
Mereka menggeledah di sekitar gubuk yang berada di Jalan Santri Assakinah, Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai.
Di lokasi tersebut jadi tempat latihan para terduga teroris sebelum menyerang Markas Polda Riau, Rabu lalu.
Gubuk kayu yang ada di tengah rimbun kebun kelapa sawit itu milik satu terduga teroris, Mursalim alias Pak Ngah.
Kondisi di dalam gubuk tampak berantakan. Sementara di bagian belakang terlihat jemuran pakaian bayi yang masih tergantung.
Para personil Densus 88 Anti Teror tampak membawa senjara laras panjang.
Kapolres Dumai AKBP Restika PN ikut melihat situasi terkini gubuk itu bersama sejumlah anak buahnya.
Mereka membawa serta pria berinisial NZ, yang pernah ikut pengajian bersama Pak Ngah.
Ia menuturkan sejumlah aktifitas di sana.
Dikatakannya, kebun sawit itu milik Pak Ngah.
Selain pengajian dan beribadah bersama di mushala kayu dekat gubuk, lokasi ini juga tempat latihan fisik anggotanya.
Kata NZ, Pak Ngah dan kelompoknya membuat langgar atau mushala sendiri.
Ia memberi pengajian di sana.
Ada dua orang yang bergantian menjadi imam di sana, Suwardi dan Pak Ngah. Keduanya tewas dalam serangan ke Mapolda Riau.
"Biasanya ada delapan orang shalat di sana, yang jadi imam Pak Ngah atau Suwardi," terang NZ kepada tim Densus 88 Anti Teror Polri.
NZ mengaku sudah tidak ikut pengajian di tempat itu sejak tahun 2017 silam.
Ketua RT 05 Mundam Syaharuddin mengungkapkan Mursalim alias Pak Ngah pernah menemuinya setelah menempati tempat itu selama tiga bulan.
Syaharuddin mengetahui bahwa Pak Ngah baru menempati kebun setelah membeli lahan perkebunan sawit itu pada 2015 dari pria bernama Bahrum.
Pak Ngah sebelumnya tinggal di kawasan Tanjung Palas.
Pak Ngah menempati lahan seluas setengah hektare itu bersama istri dan dua anaknya.
Masyarakat tidak melihat ada hal ganjil dari aktifitas Pak Ngah bersama kelompoknya.
Mereka hanya tampak memanen sawit dan memiliki hubungan yang baik dengan warga di sekitar kebun.
Menurut Syaharuddin, kebanyakan orang yang datang ke gubuk Pak Ngah berasal dari luar daerah.
"Kami tak pernah lihat mereka latihan s(fisik) ecara langsung. Tapi pengakuan dia (Pak Ngah) pernah menggelar latihan silat di dekat gubuknya," ujar Syaharuddin.
Kapolres Dumai AKBP Restika PN belum bisa memberi keterangan resmi terkait proses penggeledahan rumah terduga teroris di Dumai.
Ia hanya menyebut pihaknya membantu proses penggeledahan di empat lokasi berbeda, Rabu (16/5). Lokasi penggeledahan di antaranya di Dumai Timur dan Sungai Sembilan.
"Mengenai hasil penggeledahan, sebaiknya tunggu ekpos dari Polda Riau,” ujarnya singkat.
Warga sekitar mengaku sempat melihat mobil Toyota Avanza putih singgah ke rumah Pak Ngah.
Ada dugaan mobil itu yang mereka pakai untuk menyerang Mapolda Riau, Rabu (16/5). Mobil itu sempat datang ke gubuk.
Suasana gubuk pun mendadak ramai orang. Warga sekitar tidak tahu kegiatan di gubuk itu.
"Biasanya cuma beliau sama istri dan anaknya saja. Tapi kemarin sempat ramai," terang warga di dekat gubuk itu, Samsul kepada Tribun, Rabu sore.
Menurutnya, Senin lalu ia masih berjumpa dengan Pak Ngah.
Pria itu hanya tinggal sendiri di gubuk kayu tersebut.
Samsul tidak melihat istri dan anak Pak Ngah selama satu minggu.
"Kalau ngobrol sama beliau memang jarang. Tapi kalau berpapasan pasti beliau sapa," terang pria yang sehari-hari menjaga kebun sawit.
Polisi juga mendatangi kediaman tiga terduga teroris lainnya di Kota Dumai.
Seperti di rumah orangtua Adi Sufiyan di Jalan Pendowo, Kelurahan Bukit Batreem, Kecamatan Dumai Timur.
Aparat antara lain menyita buku di dalam plastik berwarna.
Sejumlah anggota keluarga terduga teroris datang ke Markas Polres Dumai untuk memberikan keterangan mengenai dugaan keterlibatan kerabatnya dalam aksi penyerangan di Mapolda Riau.