TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Seekor penyu hijau (Chelonia mydas) ditemukan dalam keadaan mati mengambang di perairan Pantai Penarukan, Singaraja, Bali, Kamis (12/7/2018) malam.
Hewan laut yang dilindungi ini diperkirakan mati sejak lima hari yang lalu.
Penyu itu mati, diduga karena memakan sampah plastik yang dikiranya ubur-ubur.
Plastik yang dimakannya itu tidak bisa dicerna, dan menyumbat rongga kerongkongannya sehingga menyebabkan kematiannya.
Bangkai penyu itu kemudian dievakuasi ke daratan pada Jumat (13/7/2018) oleh beberapa aktivis konservasi penyu dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), yang dipimpin seorang dosen Jurusan Perikanan Kelautan Undiksha, Gede Iwan Setiabudi.
Aparat dari Satpol Air Polres Buleleng juga membantu evakuasi.
Menggunakan teknik morpologi dan netropsi, penyu itu kemudian dibedah untuk memastikan penyebab kematiannya.
Hasilnya, penyu dengan panjang 46 centimeter dan lebar 44 centimeter itu mati akibat saluran pencernaannya tersumbat oleh sampah plastik yang dimakannya.
Sampah plastik termakan penyu itu karena dianggapnya sebagai makanan.
Di dalam rongga kerongkongannya, sampah plastik itu tersangkut.
Baca: Sandi akan Berikan KJP Plus Buat Menteri Susi yang Baru Lulus Paket C
Selain menghambat makanan, sumbatan plastik juga mengganggu pernapasannya, sehingga akhirnya membuatnya mati mengapung di laut lepas.
"Usia penyu diperkirakan 30 sampai 40 tahun, termasuk kategori penyu remaja," jelas Iwan Setiabudi.
Setelah selesai dibedah, pihaknya langsung menghanyutkan kembali bangkai penyu tersebut ke laut, mengingat kondisinya sudah membusuk.
"Kalau kena air tubuhnya akan cepat hancur, sehingga selesai dibedah, penyu tersebut langsung dihanyutkan kembali ke laut," terang Iwan.