Penggiat pelestarian penyu Pantai Penimbangan, Putu Dedy Yastika, merasa prihatin dengan temuan penyu mati akibat makan plastik.
Menurut Dedy Yastika, penyu bisa hidup hingga usia ratusan tahun. Penyu hijau juga termasuk satwa dilindungi.
Ia prihatin dengan berserakannya sampah plastik di laut.
Hal itu tidak hanya mencemari, tapi juga membawa risiko berbahaya bagi satwa di laut seperti penyu.
Ia berharap masyarakat lebih peduli terhadap bahaya sampah plastik.
"Dalam penglihatan penyu, sampah plastik yang ada di dalam laut itu mirip seperti ubur-ubur, sehingga plastik itu dimakan oleh penyu," kata Dedy Yastika.
Baca: Adriani Memilih Jalani Perawatan di Rumah Sakit Setelah Satu Per Satu Temannya Meregang Nyawa
Dedy menambahkan, selain sampah plastik, balon gas juga menjadi ancaman terbesar eksistensi penyu.
Balon gas biasanya digunakan oleh masyarakat dalam suatu perayaan dengan dilepaskan ke udara.
Setelah itu, balon gas akan jatuh ke laut, hingga akhirnya dimakan oleh penyu.
Ditabrak Kapal
Secara terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Program dan Evaluasi Badan Pengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso mengungkapkan, sejak Januari 2018 sedikitnya ada lima ekor penyu juga dilaporkan mati di perairan Bali.
Dari beberapa kasus kematian penyu itu, beberapa di antaranya ditemukan di Pantai Perancak (Jembrana), dan Pantai Kuta, Badung.
"Sebelumnya kasus penyu ditemukan mati ada di Perancak, Jembrana. Ada beberapa laporan. Selain itu, ada juga penyu mati di Pantai Kuta. Yang di Kuta kemungkinan besar penyu mati karena makan balon gas," jelas Permana ketika dihubungi Tribun Bali, Jumat (13/7/2018).
Beberapa penyu yang sebelumnya dilaporkan mati di Pantai Perancak, kata dia, belum diketahui dengan pasti penyebab kematiannya.
Menurut Permana Yudiarso, selain karena memakan plastik dan balon gas, biasanya penyu mati di perairan akibat beberapa hal lain.