Berdasarkan penelusuran awal pihak sekolah, sebagian besar siswa yang menyayat tangan mengaku mengonsumsi minuman kemasan yang dijual di kantin sekolah. Minuman tersebut dijual seharga Rp 1.000.
Namun, setelah berbagai pihak berkoordinasi, diketahui 41 siswa itu menyayat tangan sendiri karena terobsesi dari tayangan video di YouTube.
Baca: TERPOPULER - Persib Bandung Pindah ke Liga Thailand? Ini Syarat Klub-klub Bermain di Negara Lain
Tontonan itu kemudian dipraktikkan dan diperlihatkan serta diperkenalkan ke setiap teman-temannya.
Kepala SMPN I Gunung Sugih, Suharno, mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah perbuatan puluhan siswa menyayat tangan karena halusinasi akibat mengonsumsi minuman ringan atau faktor lainnya.
"Disebutnya (siswa melukai tangan) karena mereka minum minuman energi yang dijual di kantin," kata Suharno, Kamis (4/10).
"Sudah kita tanya ke para siswa, ternyata tidak semua murid yang menggores tangannya minum itu (minuman kemasan)," imbuhnya.
Untuk memastikan apakah minuman berenergi tersebut mempengaruhi perilaku siswa, Suharno berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti para wali murid, kepolisian, hingga Dinas Kesehatan (Diskes).
"Minuman yang disebut pun sudah uji laboratorium di Balai POM Lampung. Hasilnya, yang sudah kami dapat bahwa negatif tidak ada kandungan zat berbahaya," jelasnya.
"Jadi, tidak ada kaitannya minuman itu dengan aksi gores tangan yang dilakukan anak-anak saya. Sama sekali tidak ada," kata Suharno.
Kapolsek Gunung Sugih, Inspektur Satu Polisi Yuswantoro, mengatakan, para siswa tersebut melakukan penggoresan lengan pakai silet.
Ia menduga aksi itu karena mencontoh perilaku serupa siswi SMP di Pekanbaru yang bikin heboh pada pekan lalu.
"Namanya anak-anak, kemungkinan mereka meniru adegan yang sama yang ada di Riau. Kita sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah, orangtua siswa, dan puskesmas terkait perbuatan siswa-siswa tersebut," kata Yuswantoro, kemarin.
Kepolisian sudah meminta keterangan pihak sekolah dan puskesmas.
Yuswantoro mengatakan, aksi sayat tangan para siswa terjadi pada Senin (1/10) lalu.
Sebagian siswa melakukan sayat tangan di sekolah, dan sebagian lainnya di rumah masing-masing.