Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Seorang bocah berusia di bawah 10 tahun, A, harus melewati dua hari yang panjang dan penuh penderitaan dibawa kabur Fandi Zatmiko (23).
Ia dibawa kabur Fandi dari Kota Bandung hingga Tomo, Kabupaten Sumedang.
Selama dua hari itu, keduanya berjalan kaki menyusuri perkampungan dan jalan setapak di sawah, perbukitan hingga hutan di Tanjung Sari, Cadas Pangeran hingga akhirnya tiba di Tomo.
"Selama dua hari dibawa lari, korban makan seadanya. Kadang pelaku mencuri telur ayam di kandang milik warga lalu dimakan mentah. Pengakuan tersangka, mereka mencuri sampai 20 butir telur ayam di kandang ayam milik warga untuk dimakan," ujar Kapolsek Kiaracondong, Kompol Asep Saepudin di Jalan Merdeka, Rabu (17/10/2018).
Selama pelariannya, Fandi tidak membawa uang sepeser pun. Kadang, saat kondisi semakin sulit, untuk minum korban terpaksa meminum air tidak bersih.
Baca: Iswandi Pasrah saat Lumpur Menyedot Rumahnya: Kalau Allah Mau Cabut Nyawa, Saya Ikhlas
"Pengakuannya sempat minum air selokan (sungai) yang dikiranya tampak bersih karena kehausan. Mereka berjalan kaki tidak lewat jalur jalan raya karena takut ketahuan warga yang mengenali. Tapi mereka jalan kaki lewat jalur tidak lazim, kadang lewat sawah, kebun warga bahkan hutan," ujar Asep.
Selama dua hari itu, A dan penculiknya bahkan tidur di kuburan.
"Korban ketakutan, tapi dipaksa tersangka. Sampai akhirnya, pada 12 Oktober, korban diketahui ada di Tomo setelah sehari sebelumnya melarikan diri," ujarnya.
Selain makan telur ayam mentah hasil curian, tidak jarang pelaku juga memanfaatkan korban untuk mengamen.
"Uang hasil ngamen dibelikan makan korban dan pelaku," ujar dia.
Lantas, siapa sebenarnya Fandi Zatmiko ini?
Menurut berita acara pemeriksaan ke penyidik, Fandi merupakan warga Bone, Sulawesi Selatan dan sempat bekerja di pelayaran dan sempat tiba di pelabuhan di Jakarta.
Baca: Ustaz Bustami Dipecat Yayasan, Ratusan Santri di Langsa Barat Mengamuk
Saat kapalnya pergi, ia sudah tidak bisa ikut lagi kapal tersebut.
"Kemudian ke Bandung dan akhirnya telantar. Dia sempat kerja di tempat rongsokan di Bandung tanpa digaji, hanya diberi tempat tidur dan makan harian. Namun saat bosnya sakit, dia telantar. Dia sempat dipekerjakan di tempat rongsokan milik teman bosnya, sempat digaji Rp 400 ribu," ujar Asep.
Namun setelah itu kembali telantar dan bertemu korban di warnet di Antapani.
"Lalu menculiknya sebagai pelampiasan, dengan mempekerjakan korban jadi pemulung. Tapi sebelum dijadikan pemulung, korban melarikan diri dan tersangka ditangkap di Kabupaten Cirebon pada 14 Oktober," ujar Asep.(men)