Hati-hati Bicara SARA
Masyarakat harus cerdas menggunakan media sosial maupun aplikasi percakapan.
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Toni Wijaya menjelaskan, masyarakat mesti memperhatikan secara seksama apa yang menjadi konteks dari unggahan di medsos maupun grup-grup aplikasi percakapan.
"Jangan sampai melakukan tindakan spontan yang akhirnya merugikan diri sendiri," kata Toni.
"Apalagi bagi pejabat publik ataupun calon pejabat publik. Secara tidak sadar, pejabat publik ataupun calon pejabat publik akan menjadi sorotan," imbuhnya.
Kalaupun ingin membicarakan tentang SARA (suku, agama, ras, antargolongan), Toni berpesan agar setiap orang berhati- hati dan memperhatikan etika.
"Cermati tulisan ataupun gambar. Sebab, walaupun bercanda, bisa saja bermasalah," ujarnya.
"Etika itu sama halnya dengan moralitas," sambung Toni.
Selain itu, jelas Toni, ada pula regulasi berupa Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Kalau sudah melanggar etika ketika mengunggah tulisan ataupun gambar, maka pasti akan dekat dengan hukum. Makanya, dalam literasi bermedia sosial itu, ada juga etika hukum," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunlampung.co.id dengan judul Seno Aji, Caleg Tersangka Dugaan Pelecehan Topi Adat: Ada Hikmah bagi Saya