Kurator pameran, Dr Mikke Susanto kepada Tribunogja.com menjelaskan, satu-satunya data yang merekam sosok Diponegoro adalah sketsa AJ Bik (1830). Saat itu Diponegoro ditawan dan berada di Balai Kota Batavia.
Ada catatan, sebagaimana juga dituangkan dalam buku “Takdir” karya Peter Carey, Diponegoro saat itu dalam kondisi sakit parah karena malaria. Tubuhnya kurus, ringkih, wajahnya tirus, dan usianya sudah tua.
Sehingga sulit menjadi tolok ukur bagaimana wajah asli sang pangeran pengobar perang Jawa itu. Ini membuat intrepretasi dan visualisasi wajah Diponegoro menjadi bebas.(Tribunjogja.com/xna)