Sepertinya, dia lagi menunggu pembeli karena tempat berhentinya itu, kondisinya cukup gelap meski banyak lalu lalang kendaraan.
Karena lama disanggong dan tak kunjung datang pembelinya, rupanya ia mulai gelisah. Berkali-kali, ia terlihat naik turun sepeda motornya, seperti orang kebingungan.
Malah, tas kecil yang dicangklongnya itu juga sering dibuka resletingnya. Khawatir dia kabur, dua petugas turun dari mobilnya dan mendekatinya.
Namun, dua petugas itu tak langsung menangkapnya. Jupri lebih dulu ditanya. "Lagi ngapain mas kok sendirian di tempat sepi?," tanya petugas.
Jupri dengan sok bergaya buser, menjawab kalau lagi menyanggong pelaku kejahatan.
"Ini mas, lagi menyanggong pelaku 378 (istilah yang biasa dipakai petugas untuk menyebut pelaku penggelapan dan penipuan)," tuturnya.
Ditanya kembali oleh petugas, lho Anda ini siapa, kok menyanggong penjahat? Ia menjawab, kalau dirinya petugas. Maklum, dia mengaku petugas karena memang penampilannya meniru buser.
Misalnya, meski mengendarai sepeda motor namun tak pakai helm, melainkan hanya mengenakan topi.
Ditambah, untuk meyakinkan penampilannya, agar mirip buser, ia membawa tas kecil, yang dicangklongnya.
"Petugas apa mas dan dari mana, kok ngaku-ngaku petugas?," tanya balik petugas.
Mungkin, mulai sadar kalau dua orang yang menanyainya itu adalah petugas buser sungguhan, pelaku langsung mungsret. Begitu pelaku kebingungan, dua petugas itu langsung menggeledahnya.
Saat digeledah di pakaiannya, memang tak ditemukan apapun yang mencurigakan. Namun, di dalam tas kecil, yang dicangklongnya itu ditemukan bungkus rokok. Rokoknya sudah habis.
Namun, di dalam bungkus rokok itu ditemukan dua bungkus koran, yang tak lain isinya adalah ganja.
Hingga kini petugas masih mengembangkan asal usul ganja. Itu dibeli dari siapa dan mau dijual ke mana karena petugas masih mencari orang, yang sesuai dengan pengakuan pelaku.