TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Sugeng Mulyadi tak pernah berambisi menjadi Kepala Desa Nglinggi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Ia sadar betul, ketiadaan modal untuk kampanye dan menyandang agama Kristen, yang minoritas di desa itu membuatnya hampir mustahil untuk dipilih.
Tapi beberapa orang mendorongnya agar maju.
"Saat itu calonnya ada empat termasuk saya."
"Kalau pemilihan itu kan biasanya ada politik uang dan itu hal biasa."
"Tapi saya satu-satunya calon yang berani mengatakan 'saya mau dicalonkan asal menerima saya apa adanya'," kata Sugeng, mengenang pengalamannya enam tahun silam dilansir BBC News Indonesia, Minggu (10/2/2019).
Syarat kedua yang diajukan kepada orang-orang yang memaksanya maju adalah jika terpilih nanti, ia ingin masyarakat mengawal penuh program-programnya.
"Kalaupun saya saya melakukan kesalahan, tolong diingatkan," katanya sambil tersenyum.
Desa Nglinggi adalah rumah bagi sekitar 2.400 penduduk dengan beragam keyakinan, tapi mayoritas Islam.
Sugeng pun masih ingat betul, saat mencalonkan diri menjadi kepala desa pada tahun 2013, jumlah warga Kristen hanya 20 orang.
Namun pihak-pihak yang mendukungnya kala itu kebanyakan Muslim.
"Justru yang men-support saya itu kebanyakan Pak Haji-Pak Haji," ujar Sugeng.
Selama kampanye, ia tak pernah mau menyinggung agama.