"Awalnya kami masuk lima orang, tiga sudah tidak tahu dimana. Ada dua penambang lain yang membantu kami keluar," ujar Deni.
Di saat itu Deni menahan sakit, kaki kirinya terjepit batu dan mayat. Perlahan dia berusaha mengeluarkan kaki kirinya.
"Awalnya saya dorong mayat, kemudian batu saya ketuk perlahan-lahan hingga menjadi tiga bagian. Saat itu bebatuan kecil terus berjatuhan. Tangan kiri saya gunakan menangkis batu kecil. Namun tetap saja ada beberapa yang lolos dan kena kening saya," ujar Deni.
Sekitar satu jam kemudian akhirnya Deni terhindar dari baik mayat maupun batu.
"Saya kemudian berusaha merangkak keluar perlahan. Saat itu terdengar banyak suara minta tolong. Tapi apa daya kami juga berusaha menyelamatkan diri," ujar Deni.
Baca: Polemik soal Peristiwa 1998, Komnas HAM Tawarkan 3 Cara kepada Wiranto dan Kivlan Zein
Deni akhirnya menghirup udara segar di luar lubang tambang.
"Diluar sudah banyak orang saya diselamatkan, dievakuasi, dan dibawa ke rumah sakit," ujar Deni.
Keluar dari lubang tambang sekitar Pukul 21.00 Wita, tiba di Rumah Sakit Pukul 01.00 Wita. Lokasi tambang cukup jauh.
Deni mengatakan masih banyak penambang yang terjebak didalam lubang tambang.
"Ada yang sudah meninggal terjepit batu. Tulang belakangnya sampai keluar," ujar Deni.
Deni mengatakan kejadian ini adalah yang terparah
"Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini. Banyak penambang yang menjadi korban," ujar dia.
Deni sudah lama menjadi penambang. Sejak duduk di bangku SMP dia sudah mulai menambang. Saat ini dia sudah berusia 38 tahun dan masih menambang.
Terpantau di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) masih ada tiga orang korban yang dirawat. Satu sudah pindah ke ruangan lain. Dua lainnya masih di IGD.
Satu orang di antaranya baru saja dibawa tadi pukul 10.00 Wita. Namanya Rusman Pobela warga Pangian Barat. (Handhika Dawang)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Cerita Deni Mamonto, Korban Longsor di Tambang Bakan yang Selamat: Banyak Suara Minta Tolong