Laporan Wartawan Tribun Manado Nielton Durado
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kota Manado menjadi kota pendidikan bagi masyarakat di Indonesia bagian timur.
Kota yang kondusif dan nyaman menjadikan Manado banyak diimpikan para pemuda yang lulus dari SMA.
Namun, Hegemoni Kota Manado tak selamanya menjadi cerita indah.
Daya pakai yang luar biasa, serta dicap sebagai kota paling hedon di Indonesia.
Membuat beberapa anak muda harus bekerja ekstra jika ingin bertahan di Kota Manado.
Banyak yang pulang dengan kegagalannya. Namun, ada juga yang bertahan sambil menyisakan kisah yang inspiratif.
Kisah gadis asal Miske Eva Ollo, gadis asal Desa Kie-Ici Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) bisa menjadi inspirasi setelah berhasil meraih gelar sarjana dengan latar belakang orang tua yang kurang mampu.
Sebelum masuk di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, wanita 24 tahun ini sempat berjualan roti di desa dan kerja di toko perhiasan.
Cerita Eva sapaan akrabnya tak hanya sampai di situ.
Ternyata selama menimba ilmu di Kota Manado, Eva sering melakukan pekerjaan sampingan dengan bekerja di rumah pendeta.
Ketika dihubungi Tribun Manado, Kamis (28/2/2019). Eva mengatakan pekerjaan tersebut dilakukan seusai dirinya pulang dari kampus.
"Kalau kuliahnya pagi, berarti kerjanya dsri siang. Tapi kalau masuk siang, maka saya harus bantu-bantu ibu pendeta dari pagi," jelas lulusan SMA N 1 IBU ini,
Pekerjaan yang dilakukan Eva yakni bersih-bersih rumah hingga memasak.
"Tapi niat saya hanya membantu Ibu Pendeta saja. Tak ada keinginan untuk mendapatkan gaji," aku Eva.
Namun, Eva sering diberikan gaji oleh Pendeta Jaqline Soan Warouw Sumilat.
"Uangnya sering dipakai untuk jajan dan ongkos buat ke kampus," bebernya.
Dirinya juga sangat bersyukur, bisa diterima dengan baik
"Pengalaman yang luar biasa, banyak dapat teman baru. Semua ini adalah campur tangan Tuhan," tegasnya.
Setelah resmi menyandang status Sarjana, kini Eva ingin membahagiakan orang tuanya.
"Cita-citanya sih ingin jadi pengusaha, tapi pekerjaan apapun yang diberikan tujuannya pasti ingin membahagiakan orang tua," tandasnya.
Jualan Roti Keliling
Eva ternyata sempat jualan roti keliling di kampungnya.
"Mama saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa dan sering buat roti goreng. Setelah itu tugas saya untuk menjualnya sebelum masuk kuliah," ujarnya.
"Setelah selesai sekolah, saya sempat bekerja di toko perhiasan. Gajinya lumayan mulai Rp 900 ribuan sampai Rp 2 jutaan," tambahnya
Setelah setahun bekerja di toko perhiasan, anak kedua dari tiga bersaudara ini kemudian melanjutkan studinya di Unsrat Manado.
Baca: Harga Emas Antam Merosot Rp 5.000 Jadi Rp 665.000 Per Gram
Sejak kepergian sang Ayah di tahun 2007, Eva mengaku sudah harus belajar Mandiri.
"Karena Papa kan tulang punggung keluarga, jadi setelah dipanggil Tuhan kami anak-anak harus bekerja keras untuk punya pendidikan tinggi," bebernya.
Meski begitu, Eva mengaku campur tangan Tuhan dalam hidupnya selalu nyata.
"Banyak sekali bantuan yang saya peroleh ketika memulai studi. Mulai dari kakak, mama, hingga teman-teman di Kota Manado yang Tuhan kirimkan untuk saya," bebernya.
Baca: Alasan Kemanusiaan Ini Kuatkan Kuasa Hukum Ajukan Penahanan Ahmad Dhani
Kini Eva, sudah menyelesaikan studinya dan sedang mencari pekerjaan untuk membalas budi orang tuanya.
"Sangat bangga saat wisuda, karena bisa sampai pada etape ini meskipun dengan berbagai kekurangan," tegasnya.
Wanita 24 tahun ini juga berpesan kepada semua perempuan agar tidak mudah menyerah.
"Jangan menyerah, serahkan semua pada Tuhan dan yakinlah pasti ada jalan untuk masa depan kita," tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Kisah Miske Eva Ollo, Gadis asal Halbar Sebelum Raih Sarjana di Unsrat: Jadi PRT hingga Jualan Kue