TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Malam terasa panjang bagi Harismail alias Ujang (25). Dia baru saja pulang bekerja menjadi sopir truk pengangkut batu di proyek Tol Kayuagung.
Usai makan bersama teman-temannya, dia pamit untuk membeli rokok.
Saat itulah momen terakhir Ujang, bertemu dengan teman-temannya sebelum ditemukan warga rambutan tergeletak di pinggir jalan.
Dengan tangan terikat kebelakang, mata tertutup lakban cokelat, Harismail melaju bersama orang-orang yang membawanya pergi ke tempat yang tidak pernah diketahui.
Ingatan-ingatan mengenai perasaan takut, cemas, dan gelisah sesekali membayangi perjalanannya malam itu.
Ujang hanya yakin, bahwa dirinya tak pernah melakukan tindakan melawan hukum, baginya malam itu dia harus berani membantah tuduhan yang mengarah kepadanya.
Baginya kejadian malam itu sudah menjadi kisah hidupnya, tak perlu dibesar-besarkan.
Baca: Drama Penangkapan Pria Bersenjata Perusak Warung Milik Siti, Polisi Pura-pura Mengajaknya Ngobrol
Berkumpul bersama keluarga saat ini, menjadi hal terindah bagi pria yang sudah berusia seperempat abad tersebut.
Sriwijaya Post berhasil menghubungi Ujang dan menyambangi kediaman orang tuanya yang terletak di Desa Kamal, Pumulutan Barat, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (4/3/2019).
Berikut petikan wawancara khusus wartawan Sripoku.com dengan Harismail.
Wartawan: Saat kejadian anda sedang berada di mana?
Ujang: Aku tuh habis beli rokok, sebelumnya makan dulu di rumah kawan. Lalu pamit meminjam motor. Usai beli rokok itulah aku dibawa.
Wartawan: Ada berapa orang yang datang, apakah anda mengetahui siapa yang datang?
Ujang: Aku dibawa cuma tidak tahu, seingat aku ada 3 sampai 4 orang yang berentike (berhentikan) aku, ada tembakan ke atas. Aku berenti kareno takut. Aku pikir sedang ngejar orang.