Sesampainya di Menara Kudus, satu persatu air yang dikirab dicampur ke dalam tiga gentong besar.
Di dalamnya telah berisi air dari sumur penguripan Menara Kudus.
Air itu kemudian didoakan dengan doa khatmil Quran, doa-doa kebaikan juga dipanjatkan oleh tokoh agama di depan gentong.
Tiga gentong yang sudah didoakan itu isinya, dibagikan ke beberapa gentong yang tadinya dikirab.
Warga yang antre kemudian berebut untuk mendapatkannya.
“Sedianya ada 50 sumber mata air yang dikirab, tapi semuanya tidak ikut karena ada kendala,” kata Ketua YM3SK KH Em Nadjib Hassan.
Tidak ada maksud lain selain mengharap berkah pada peringatan berdirinya masjid yang sudah ada sejak 19 Rajab 956 Hijriah atau 23 Agustus 1459 Masehi, kata Nadjib.
Olehnya mengambil tema banyu penguripan erat kaitannya dengan dakwah Sunan Kudus kala itu.
Memang, warga Kudus percaya di bawah bangunan terdapat sebuah sumur.
Itulah yang kemudian disebut sebagai banyu penguripan yang memiliki daya lebih.
Kemudian, demi meneguhkan persatuan, disatukanlah berbagai sumber mata air yang ada di Kudus dengan banyu penguripan.
“Air dari berbagai sumber itu juga didoakan dan dibacakan 19 khataman Alquran.
Semua serba 19, ini angka keramat, angka berdirinya masjid dan Negeri Kudus,” katanya.
Ke depan dia berharap pada peringatan berdirinya Masjid Menara juga mendapat dukungan penuh dari Pemkab Kudus.