News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Isi Kitab Kuno Berumur Empat Abad di Mojokerto Terungkap, Ada Tulisan Tangan KH Hasyim Asyari

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENYELAMATAN NASKAH KUNO - Tim dari Dreamsea melakukan proses digitalisasi naskah kuno yang tergolong dalam manuskrip, koleksi Lulut Edi Santoso di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jumat (1/3/2019). Digitalisasi naskah kuno ini untuk menyelamatkan konten pada buku dan dokumen kuno agar bisa dicetak ulang dan dikaji serta disebarluaskan. Selama hampir satu minggu, tim Dreamsea telah berhasil mendigitalisasi 55 naskah kuno yang terdiri dari 15 buku dan sisanya merupakan dokumen koleksi Lulut Edi Santoso. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO

TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Secara fisik, manuskrip atau kitab kuno tulisan tangan dengan huruf Arab itu tampak sudah usang.

Bahkan beberapa di antaranya sudah tak utuh karena termakan usia maupun rayap. Meski demikian, huruf demi huruf masih terbaca begitu jelas.

Warnanya sudah terlihat kuning kecokelatan. Sepintas, goresan tinta kitab tersebut tertulis di atas kertas. Akan tetapi, ada salah satu kitab yang ternyata di tulis di atas bahan kulit.

Selama 400 tahun lamanya, kitab-kitab tersebut tersimpan rapi dalam sebuah lemari kaca berukuran 1,5 meter X 70 sentimeter, di kediaman Kiai Muhammad Rofii Ismail.

Tepatnya di Pondok Pesantren As-Sholichiyah atau Pondok Penarip, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto.

Kiai Muhammad Rofii Ismail adalah cucu dari Kiai Muhammad Ilyas pendiri Pondok Penarip, Kota Mojokerto.

”Kalau dilihat memang sama dengan kertas, tapi ketika disentuh akan terasa kalau terbuat dari kulit,” terang Kiai Muhammad Rofii Ismail sambil menunjukkan bahan dari kitab itu di kediamannya, Rabu (08/05/2019).

Begitu disentuh, media tulisan itu terasa sedikit keras dibandingkan kertas. Pun demikian dengan goresan tinta yang tampak lebih tajam. Menurut Kyai Rofii, kitab tersebut merupakan kumpulan dari ilmu nahwu dan saraf.

”Di halaman akhir juga ada manuskrip tahlil yang semuanya dibendel menjadi satu,” terangnya.

Sedikitnya, ada enam kitab yang ada di lemari kaca tersebut. Namun, hanya satu yang terbuat dari bahan kulit. Sementara selebihnya terbuat dari kertas.

"Namun kitab-kitab yang terbuat dari kertas teryata dari hasil penelitian beberapa ahli yang datang kesini merupakan kertas dengan kualitas terbaik,” ungkapanya.

Menurut Gus Rofii, semuanya merupakan kitab peninggalan Kyai Ilyas. Selain sebagai bahan mengajar para santri, kitab tersebut juga diperkirakan dimiliki Mbah Ilyas saat menimba ilmu di pesantren.

”Sebenarnya banyak kitab kitab peninggalan beliau, namun karena khawatir tidak bisa merawat, jadi sebagaian kitab peninggalan di berikan kepada para saudaranya dan kerabat. Jadi saat ini Hanya kitab-kitab ini peninggalannya Mbah Yai (Kyai Ilyas) ,” jelas Ketua MUI Kota Mojokerto ini.

Kitab-kitab tersebut bertuliskan tentang ajaran ilmu tasawuf, tafsir Jalalen, Nahwu shorof, fiqih, dan Alquran.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini