Namun saat Putra memberikan keterangan, Prada DP langsung menangis tersedu-sedu.
Letkol CHK Khazim sebagai hakim ketua sempat berulang kali mengingatkan Prada DP untuk tidak menangis di ruang sidang.
"Terdakwa kuat, sanggup mengikuti sidang?" tanya hakim.
"Siap sanggup yang mulia," jawab Prada DP.
"Anda tentara, apa yang dirasakan harus kuat. Bawa sapu tangan?" ujar hakim.
"Siap, bawa yang mulia," ungkapnya.
Dalam kesaksiannya, Putra mengaku, Prada DP dikenal sebagai sosok yang temperamental terhadap Fera.
Sifat Prada DP itulah yang membuat keluarga sempat berupaya menjauhkan korban dari pelaku agar hubungan mereka berakhir.
Bahkan, saat Fera hendak dikuliahkan di Bengkulu, Prada DP langsung mendatangi korban dan menyuruhnya pulang.
"Dia selalu melakukan kekerasan terhadap korban," kata Putra dalam sidang.
5. Ibunda Prada DP enggan berikan kesaksikan
Selain Putra, kakak Fera, ibunda Prada DP, Lena juga dihadirkan untuk memberi keterangan.
Namun, Lena tidak bersedia memberi keterangan karena takut dan ingin meminta maaf pada keluarga korban.
"Saya takut Pak, saya ingin minta maaf dengan keluarga Fera," ucap Lena sembari menangis.
"Tidak apa-apa, itu hak anda untuk tidak ingin diambil kesaksian. Untuk permohonan maaf akan disampaikan kepada keluarga korban," jawab Letkol CHK Khazim.
Letkol CHK Khazim langsung menanyakan kepada ibunda Fera, Suhartini terkait permohonan maaf yang ingin disampaikan Lena.
"Saya tidak bersedia yang mulia, saya belum sanggup," ungkap Suhartini.
6. Ibunda Fera minta Prada DP dihukum mati
Suhartini (50), ibunda Fera meminta kepada ketua majelis hakim untuk menjatuhkan hukuman seberat-beratnya pada Prada DP.
Sebab, Prada DP telah membunuh anaknya secara sadis.
"Saya minta hukuman setimpal, saya minta dia dihukum mati,"ucap Suhartini setelah sidang.
Selain itu, Fera juga menjadi harapan di keluarga Suhartini.
"Dia harapan keluarga dan anak bungsu kami. Saya merasa sakit, Pak," ujarnya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)