Erik baru lulus kuliah, sementara adiknya masih kuliah di Universitas Suryakancana Cianjur.
"Untuk anaknya yang baru lulus kuliah, kami akan mengupayakan dapat bekerja di lingkungan Pemkab Cianjur."
"Sedangkan adiknya yang masih kuliah akan dijamin biaya hingga lulus," kata Herman saat menghadiri acara pemakaman, Senin (26/8/2019).
Saat itu, Herman mengaku tak banyak percakapan yang dilakukan saat itu karena kondisi Ipda Erwin masih kritis.
"Saya sakit, saya sakit... hanya itu yang disampaikan beliau kepada saya," ujar Herman mengutip kata-kata terakhir yang disampaikan kepadanya.
Herman mengaku hanya bisa menitikkan airmata.
Apalagi hari ini Herman mendapat informasi Ipda Erwin meninggal dunia.
"Saya merasa sedih dan turut berduka cita. Saya sempat menjenguk almarhum ketika masih dirawat di RSPP Jakarta," katanya.
5. Sempat Dendam, Anak Almarhum Ipda Erwin Mengaku Ikhlas
Anak almarhum Ipda Erwin Yuda Wildani, Erik Yudha Saputra (23), mengatakan sempat memiliki rasa dendam kepada para mahasiswa pengunjukrasa yang melempar bensin dan mengakibatkan ayahnya terbakar.
Melansir Tribun Jabar, Erik mengaku bahwa rasa dendam itu kini telah sirna dan sudah diikhlaskan oleh Erik.
Ia memilih saat ini untuk mendoakan almarhum ayahnya agar masuk surga dan diampuni segala dosanya.
"Pertama setelah kejadian sempat ada rasa dendam, namun kini saya sudah ikhlas."
"Saya memilih untuk mendoakan agar ayah diterima di sisi Yang Maha Kuasa dan diampuni segala dosanya," ujar Erik ditemui di area pemakaman Taman Makam Pahlawan Cikaret, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Senin (26/8).
Baca: Mahasiswa Pendemo Hadiri Pemakaman Ipda Erwin di Cianjur: Saya Ikut Sedih, Terpukul juga Rasanya
Erik mengatakan, ia baru saja menyelesaikan urusan perkuliahannya sehingga ia banyak waktu untuk menunggu mendampingi selama ayahnya dirawat di Rumah Sakit Pertamina di Jakarta.
"Selama 11 hari saya menemani ayah, di rumah sakit," kata Erik.
Ia mengatakan, malam sebelum ayahnya meninggal ia tak mendengar ayahnya berkata apapun.
Erik tak menduga ayahnya tersebut akan meninggal.
"Sore harinya tak bilang apa-apa, saya juga langsung tidur," kata Erik.
Tak jauh dari Erik, sang ibu, Sukarni (46), terlihat masih sangat bersedih.
Matanya sembab dan beberapa kerabat terpaksa terus membopongnya.
Adik Erik, Adinda Dini Wulandari (18), terus duduk berada dekat dengan sang ibu.
6. Lima Tersangka
Dalam kasus ini, Polda Jabar telah menetapkan lima tersangka.
Awalnya ditetapkan satu tersangka.
Seiring penyidikan, polisi kemudian menetapkan total lima tersangka.
"Tersangka bertambah menjadi lima orang. Ditangkap di Cianjur di berbagai tempat. Kelimanya merupakan mahasiswa dan anggota GMNI. Rapatnya di sekretariat GMNI sebanyak tiga kali membahas rencana aksi," kata Direktur Ditreskrimum Polda Jabar, Kombes Pol Iksantyo, Sabtu (24/8/2019).
Kelima tersangka tersebut berinisial R, OZ, AB, MF dan RR.
Kombes Pol Iksantyo mengatakan, proses penyelidikan masih berlangsung, sehingga masih ada kemungkinan bertambahnya tersangka.
Peranan dari kelima tersangka tersebut dikatakannya berbeda-beda.
7. GMNI Minta Maaf
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GMNI menyatakan bela sungkawa atas meninggalnya Ipda Erwin Yudha.
Hal itu disampaikan DPP GMNI dalam pernyataan pers yang diterima Tribunnews.com, Senin (26/8/2019).
Selain menyatakan turut berbela sungklawa, DPP GMNI juga meminta maaf sebesar-besarnya kepada keluarga Ipda Erwin Yuda atas segala sikap dan tindakan mahasiswa Cipayung terkhusus anggota GMNI yang terlibat secara langsung atau tidak langsung melakukan tindak pidana hingga kemudian membuat Ipda Erwin berpulang.
GMNI juga mendukung sepenuhnya kepolisian untuk melakukan proses dan tindakan hukum.
Tidak hanya itu, GMNI juga telah memberikan sanksi tegas secara organisasi yang melakukan pemecatan terhadap anggota GMNI yang terlibat aktif dan melakukan tndak pidana sehingga mengakibatkan meninggalnya Ipda Erwin.
(Tribunnews.com/Daryono/Yongky Yulius/Ferri Amiril Mukminin)