"Pada saat itu sempat terjadi debat antara Irvan dan Putra yang mana Irvan menginginkan agar Misem juga ikut dibunuh. Namun tersangka Saminah menolak, sebab dia merasa, Misem adalah ibunya," kata Rizki.
Setelah pra-rekonstruksi itulah fakta baru terungkap jika sebenarnya Misem tahu ada pembunuhan.
Misem yang kala itu tidak menyaksikan pembunuhan tersebut, tetapi karena pernah disekap dan diancam Misem tidak mau menyampaikan hal tersebut kepada keluarganya sendiri, yaitu Edi.
"Ancamannya kala itu, Misem akan dibunuh juga oleh Irvan dan Putra. Namun Putra juga menolak karena berpikiran apabila semua keluarga itu hilang akan menimbulkan kecurigaan semua orang," ujar Rizki.
Menurut keterangan tersangka, ruang tengah kala itu sudah banyak darah selepas membunuh Sugiyono dan Supratno.
Misem akan masuk melalui pintu samping, lalu ketahuan oleh Irvan dan Putra hingga akhirnya dibekap dan ditutup matanya lalu dimasukkan dalam kamar.
Ketika Misem sudah sadar dari pingsan, ketiga tersangka, yaitu Saminah, Irvan, dan Putra mengancam kepada Misem agar tidak bercerita kepada siapapun termasuk anaknya Edi.
Selama lima tahun itu, Misem hidup dalam ancaman akan dibunuh.
Para tersangka mengatakan, kalau sampai menyampaikan kejadian tersebut, maka Misem ikut dihabisi.
Misem selama ini tahu ada pembunuhan di dalam rumahnya.
Namun, dirinya tidak tahu jika keempat korban pembunuhan tersebut dikubur di belakang rumahnya sendiri.
"Misem tahunya mayat-mayat itu sudah dibuang, sehingga waktu menyuruh orang membersihkan kebun belakang yang terdapat kerangka-kerangka tersebut, Misem benar-benar tidak tahu," pungkas Rizki.
Kisah Sedih Misem
Di balik pembunuhan Saminah dan anak-anaknya itu, terdapat kisah sedih Misem tiap tahunnya, yang diceritakan oleh mantan Ketua RT 07 RW 03 tempat Misem tinggal, Sihad.