Aimar lahir di Puskesmas Cakung kemudian dirujuk ke RS Persahabatan. Saat itu bayinya lahir normal sembilan bulan.
"Sejak lahir dokter pun sudah menyarankan untuk dites kromosom dan sebagainya, tapi biayanya besar saya mengumpulkan uang dulu dan mendaftarkan ke BPJS, namun ternyata BPJS tak mengkover semua, seperti tes kromosom kemarin," katanya.
Iyan khawatir anaknya semakin besar dan semakin minder dengan keadaannya.
Ia berharap ada pihak yang membantu persiapan operasi setelah tes kromosom dan lainnya.
"Saya dan istri sudah lari ke sana kemari istilahnya, ada petunjuk yayasan di Cianjur, Bandung, dan tempat lainnya selalu saya kunjungi kalau ada yang bisa membantu anak saya, tapi sampai saat ini saya juga masih bingung jika operasinya harus ada biaya nanti," kata Iyan.
Ibu Aimar, Ida Rosida (37), mengatakan, anaknya tersebut merupakan putera ketiga dari tiga bersaudara, dua saudaranya laki-laki.
"Kamari ge 'ngadaregdeg ngadangu biaya tes kromosom, nu sanes, komo deui operasi, duh (kemarin juga gemetar dengar biaya tes kromosom yang begitu besar, apalagi biaya operasi)," ujar Ida.
Sambil menangis, Ida juga sering mendengar anaknya mengeluh, karena ia sudah merasa beda dengan anak seusianya.
"Kalau lagi main, pengen pipis suka pulang ke rumah malu kalau pipis bareng temannya," kata Ida.
Ida mengatakan, warga lainnya juga sudah mengetahui anaknya seperti memiliki dua kelamin.
"Istilah medisnya ambigu atau apa, kalau ke dokter juga harus hati-hati sebelum dioperasi untuk menentukan jenis kelamin, saya turuti, tapi sekarang bingung biayanya juga besar," kata Ida.
Ia mengatakan, kasus kelainan pada anaknya tersebut kata media merupakan kasus langka.
"Seribu satu istilah nya," kata Ida.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Aimar Tak Mau Lagi Main Bersama Temannya, Merasa Aneh dengan Dirinya, Derita Bocah Berkelamin Ganda, https://jabar.tribunnews.com/2019/09/03/aimar-tak-mau-lagi-main-bersama-temannya-merasa-aneh-dengan-dirinya-derita-bocah-berkelamin-ganda?page=all.