Begini kata pakar budaya tentang alasan cerita KKN Desa Penari viral hingga netizen rela mencari dan menelusuri lokasi-lokasi terduga.
TRIBUNNEWS.COM - Viralnya cerita KKN di Desa Penari masih gencar di dunia maya hingga kini.
Setelah cerita KKN Desa Penari tersebut viral, banyak netizen yang menjadi "detektif dadakan".
Mereka menyelidiki secara mandiri kemungkinan lokasi KKN Desa Penari, dan membagikan "penemuan" mereka di Twitter kepada netizen lainnya.
Bahkan, ada pula para Youtuber yang melakukan penelusuran ke berbagai lokasi yang diduga menjadi tempat KKN tersebut.
Baca: Novel KKN di Desa Penari Segera Terbit, Penerbit Bocorkan Sampul, Begini Kritikan Warganet
Baca: Menguak Cerita KKN Desa Penari, Wanita Indigo Furi Harun Ungkap Terawangannya: Sebuah Peringatan
Baca: Cerita Vlogger Wahyu Purnomo saat Investigasi Lokasi KKN Desa Penari, Sempat Rasakan Kejanggalan
Apa yang netizen lakukan tak pelak karena inisial-inisial lokasi yang diberikan penulis cerita, Simple Man.
Menurut cerita tersebut, tempat terjadinya lokasi berada di kota berinisial B.
Ada yang menelusuri ke Banyuwangi, ada pula yang ke Bondowoso.
Lantas, bagaimana pendapat pakar budaya mengenai fenomena viralnya cerita KKN Desa Penari tersebut?
Tribunnews menghubungi Pakar Kajian Budaya sekaligus Guru Besar Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof Bani Sudardi.
Menurut Prof Bani, cerita semacam KKN Desa Penari memang ada di masyarakat.
Prof Bani menuturkan, cerita tersebut tergolong ke dalam folklor.
"Itu memang bagian dari budaya. Religi, masuk golongan folklor sebagian lisan," kata Prof Bani, ketika dihubungi Tribunnews via pesan instan Whatsapp.
Profesor Ilmu Budaya itu melanjutkan, folklor terdiri dari tiga jenis.