Tiga jenis folklor tersebut yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
Pada folklor lisan, terdiri dari mitos, legenda, dongeng, lagu, bahasa, teka teki, kata bijak, dan sebagainya.
Folklor sebagian lisan terdiri dari festival, drama, tradisi, pesta, dan takhayul atau kepercayaan rakyat.
Sementara itu, folklor bukan lisan terdiri makanan, bangunan, pakaian, kraft, dan hiasan.
"Folklor di KKN termasuk kepercayaan rakyat," ujar Prof Bani.
Prof Bani menerangkan, folklor kepercayaan rakyat dapat menjadi viral karena bersifat turun temurun.
Selain itu, kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap cerita tersebut juga menjadi satu faktor bertahannya cerita KKN Desa Penari hingga kini.
Prof Bani menjelaskan, ada beberapa hal yang dipercaya masyarakat atau netizen mengenai cerita KKN Desa Penari.
"Yang pertama, percaya kepada penunggu tempat mata air. Karena percaya, untuk mendukung kepercayaan itu, maka diciptakan suatu alat untuk melegitimasi," jelas Prof Bani.
Prof Bani menuturkan, alat legitimasi tersebut adalah cerita tentang mahasiswa KKN yang dikemas oleh penulis.
Dosen Sastra Indonesia itu berpendapat, masyarakat sebenarnya tidak mementingkan kebenaran cerita.
Namun, yang terpenting bagi masyarakat adalah nilai-nilai yang bisa dipetik dari cerita tersebut.
Hikmah yang bisa diambil adalah, bahwa tidak sepatutnya manusia melakukan perbuatan-perbuatan terlarang.
Karena, semua perbuatan terlarang yang dilanggar akan ada akibatnya.