Sunam mengaku, dia dan karyawan lain diusir oleh massa kemudian pabrik tahu tempat dia bekerja dihancurkan.
Saat hendak melarikan diri, Sunam dan kawan-kawannya sempat kebingungan karena sudah terkepung dan tak bisa lari kemana-mana.
"Kami semua karyawan diusir, kami itu lebih dari 50-an. Pabrik tahu tidak dibakar, tapi dirusak. Kami sempet dikepung, hari Senin itu," kata Sunam.
Akhirnya, saat itu sekitar pukul 09.00 WIT, seorang warga asli Wamena memberinya pertolongan.
Dia dan 13 kawannya yang lain diajak bersembunyi di rumah warga asli Wamena tersebut sampai akhirnya Sunam diamankan aparat untuk dikirim ke pengungsian di Sentani.
"Jam 09.00 sampai jam 12.00 kita dibantu orang Wamena untuk bersembunyi di rumahnya," kata Sunam.
Dokter khawatir bertugas
Meski kondisi keamanan di Wamena dan sekitarnya berangsur pulih, layanan kesehatan untuk warga belum sepenuhnya dapat diakses.
Bahkan, ada puskesmas yang melayani masyarakat tanpa pasokan listrik.
Berdasarkan pantauan wartawan Jubi, Islami Adi Subrata, dari 27 puskesmas di Kabupaten Jayawijaya, baru empat yang buka melayani masyarakat dengan jam kunjung pasien yang masih dibatasi.
"Puskesmas Wamena Kota yang buka sehari setelah kejadian, kalau yang dari hari Selasa (01/10) kemarin yang sudah buka Puskesmas Hom-hom, Witawaya dan Asolokobal," kata Adi, kepada BBC News Indonesia, Kamis (03/10/2019).
Baca:Â Personil TNI dan Polisi Mulai Bersihkan Puing Sisa Kerusuhan di Pasar Wouma, Wamena
Adi menambahkan, puskesmas Hom-hom, Witawaya, dan Asolokobal—di luar Kota Wamena, melayani masyarakat dengan kondisi tanpa aliran listrik.
"Tapi mereka tetap buka," katanya.
Dokter yang mengungsi khawatir akan keselamatan