Meskipun demikian, kekerasan terhadap ABK kapal lain pernah dilihatnya.
"Ada yang ditusuk, dipukul, ditendang, macam- macam," ucapnya.
Dia dan beberapa ABK perikanan di Jateng sempat mengikuti lokakarya dengan tema menciptakan praktik kerja yang layak bagi awak kapal perikanan di Provinsi Jawa Tengah.
Acara itu diadakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng bekerjasana dengan Yayasan Plan International Indonesia dan Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia.
Koordinator Nasional Yayasan Plan Indonesia, Roosa Sibarani, menuturkan masih banyak praktik kerja paksa dan eksploitasi kerja serta perdagangan orang di sektor perikanan yang berasal dari Jateng.
"Jawa Tengah menyimpan sumber daya perikanan dan menjadi andalan.
Tapi juga sekaligus menjadi penyuplai tenaga kerja perikanan yang terbanyak berdasarkan survei kami," kata koordinator organisasi yang fokus di bidang tenaga kerja perikanan ini.
Awak kapal perikanan di Jateng, lanjutnya, banyak tersebar di perairan Indonesia.
Seperti ke Sibolga, Merauke, Ternate, dan Arafuru.
Kemudian, kantong- kantong pekerja yang menjadi ABK perikanan paling banyak warga Pemalang, Tegal, dan Brebes.
Meski banyak praktik kekerasan yang dialami awak kapal perikanan, para pekerja di sektor ini terus bermunculan.
Rekrutmen melalui agen tenaga kerja dengan iming-iming gaji dan kehidupan yang lebih baik, membuat banyak orang Indonesia yang ingin bergelut sebagai awak kapal perikanan ini.
Selain itu, buruh nelayan ini menjadi korban perbudakan lewat skema gelap agen tenaga kerja lokal.
Alih- alih mencari penghidupan yang lebih baik berujung di neraka perbudakan.