"Jangan-jangan wanita yang mau melibatkan diri, dia dilibatkan, namun dia mau melibatkan diri," tambahnya.
Nasir kemudian menyangkutkan keterlibatan perempuan dalam kasus tersebut dengan kejadian ledakan bom bunuh diri di Surabaya pada Mei 2019 lalu.
Perempuan yang terlibat tersebut dinilai telah memiliki dorongan yang keliru karena melibatkan orang lain.
"Kita sudah lihat yang di Surabaya, sampai dia tega membawa anaknya berlari bersama, itu ibu macam apa itu, sehingga tega untuk membunuh anaknya, itu karena dorongan yang keliru," ungkapnya.
Nasir mengatakan, saat ini ibu-ibu sudah banyak yang terkena paparan paham radikalisme dan terorisme.
"Sekarang sudah terkena, sudah terpapar pada ibu-ibu, kita nggak tahu sudah berapa banyak ibu-ibu yang terkena ini," katanya.
Ia juga berharap untuk memberi perncerahan pada perempuan, khususnya istri dari mantan narapidana atau narapidana pelaku terorisme.
Diharapkan setelah diberi pencerahan bahwa paham radikalisme itu salah, mereka yang belum terpapar paham ini bisa dicegah.
"Oleh karena itu, sekarang bukan hanya pada mantan napi, bukan hanya pada narapidana yang diberi pencerahan, tapi juga pada ibu-ibu, istri-istri yang berpotensi mengembangkan paham tersebut," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)