Saat ini, panti jompo yang pada mulanya dikelola oleh keluarga Rama itu telah menampung sebanyak 80an lansia.
Rama menyampaikan, para lansia di pantinya sudah tidak memiliki keluarga.
"Lansia semuanya tidak punya keluarga, karena kami memprioritaskan para duafa dan terlantar di sini," kata Rama.
Beberapa lansia, Rama menuturkan, ia temukan di pinggir jalan.
Sementara itu, ada pula yang Rama tampung dari informasi rekan media.
"Terkadang saya juga dapat informasi dari teman-teman media yang mengabarkan ada orang-orang terlantar," lanjut Rama.
Selain itu, Rama mengaku telah mengimbau rekan-rekannya untuk membawa lansia yang terlantar ke pantinya.
"Selagi ada tempat yang bisa ditempati, jika ada orang yang datang dengan kondisi terlantar atau butuh perawatan maka saya suruh (teman-teman) menerima," jelasnya.
Rama menyebutkan saat ini lansia yang ia tampung berasal dari daerah sekitar Ponorogo.
Di antaranya yaitu Trenggalek, Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, Caruban, Kediri, Malang, dan Tulungagung.
"Selagi (tempatnya) masih terjangkau, seandainya ada informasi, kami akan menjemput atau mencari relawan yang siap untuk mengantarkan ke panti," tutur Rama.
Menghidupi Puluhan Lansia dengan Dana Donatur dan Bantuan Pemerintah
Saat dihubungi Tribunnews.com, Rama mengungkapkan untuk menghidupi lansia di pantinya, ia menghabiskan dana yang tak kurang dari Rp 34 juta per bulan.
Ia menambahkan, setiap bulannya Panti Dhuafa Lansia mendapat bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).