"Aku mendongeng untuk semua anak. Nggak hanya anak di desa, tapi juga anak jalanan, difabel, bahkan HIV. Karena aku bertemu banyak orang baru dengan kondisi yang berbeda, aku jadi lebih banyak belajar untuk bersyukur, lebih peka juga sama sekitar, dan belajar untuk menjadi pendengar yang baik bagi banyak orang,” ujarnya.
Mega juga mengatakan bahwa hobi yang positif bisa menyebarkan nilai-nilai kebaikan selama hobi itu dilakukan dengan perasaan suka cita dan mendapat dukungan dari orang-orang sekitar. Memang tidak gampang mencari komunitas pendongeng. Tidak setiap kota ada.
"Setelah ikut pelatihan, aku mencoba untuk mencari komunitas dongeng di Solo. Tapi, waktu itu belum ada. Adanya di Jogja. Jadi, aku memutuskan untuk bolak-balik Solo-Jogja untuk belajar dongeng," tutur Mega kepada mahasiswa UIN Magang di Tribun Jateng, Selasa 21 Januari 2020.
Dengan mendongeng, Mega mangaku, beban dan capai jadi hilang. Dia pun bisa bagi waktu antara kegiatan mendongeng dengan kuliah di kampus UNS. Hingga kini Mega masih rajin keliling untuk mendongeng.
Ia ingin memberikan banyak inspirasi, serta membangun imajinasi anak-anak agar mereka lebih berani bermimpi dan memiliki cita-cita tinggi. Mega menggunakan Bahasa Indonesia dalam mendongeng. (Tribunjateng/mahasiswa UIN magang/wid)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul KISAH NYATA: Mega Herawati Mendongeng pada Anak Jalanan hingga Difabel Keliling Kampung hingga India,