Kerajaan itu lahir setelah Kerajaan Padjadjaran runtuh dan merupakan gabungan kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ada di bawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran.
Pada masa Kerajaan Padjadjaran, Kandang Wesi adalah daerah tempat berlatih prajurit kerajaan dan pembuatan senjata.
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Nurseno SP Utomo mengatakan bahwa dia bukan Raja Kerajaan Kandang Wesi.
Tahun 1998, ia mendirikan padepokan silat Syahbandar Kari Madi di lokasi Kerajaan Kandang Wesi.
Lokasi tersebiut ditentukan berdasarkan sejarah dan penelitian yang ada.
Nursenona sendiri lahir dan dibesarkan di Desa Tegalgede.
"Saya hanya jadi pemangku adat saja untuk menjaga budaya yang ada," kata Nurseno.
Ia mengaku memiliki murid di padepokan silat.
Namun, tidak ada yang memanggilnya raja.
Selain itu, para murid silatnya tidak pernah merasa menjadi pengikut kerajaan.
Selama mendirikan padepokan silat, Nurseno hanya mengajarkan soal seni bela diri.
"Saya enggak pernah melarang orang shalat, apalagi sampai menyimpang dari ajaran agama, saya hanya mengajarkan bela diri yang jadi adat dan kebudayaan Indonesia," katanya.
Klarifikasi gelar raja
Nurseno mengaku mendapatkan gelar raja yang diberikan pada tahun 2015.