News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siswa Korban Bully Tubuhnya Dibanting di Malang Dapat Dukungan Psikolog, Tuntut Pelaku

Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa SMPN 16 Malang menjadi korban bullying oleh temannya sendiri hingga dirawat. Berikut kronologinya.

TRIBUNNEWS.COM - Psikolog keluarga bernama Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi memberi dukungan kepada siswa korban bully di SMPN 16 Kota Malang, Jawa Timur.

Menurutnya penting untuk menuntut secara hukum pelaku sejumlah tujuh orang yang melakukan tindak kekerasan.

"Sebaiknya dilakukan proses hukum, bercanda itu tidak melukai fisik seperti itu," tutur Adib yang berpraktik di Yayasan Praktik Psikolog Indonesia itu.

Dukungan itu diperkuat karena menurut Abid, tindakan yang dilakukan para pelaku sifatnya sudah kriminal.

Baca: Alat Bukti Kasus Bullying Siswa SMP di Malang Ditemukan, Wali Kota Akan Beri Hukuman Pihak Sekolah

"Hal itu tidak bisa dikategorikan sebagai 'bercanda', tetapi perilaku kekerasan yang sifatnya sudah kriminal," tegas Adib yang berkantor di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.

Dugaan aksi perundungan yang terjadi di Kota Malang itu menjadi ramai setelah video seorang siswa yang kesakitan beredar di jagat maya.

Dalam video tersebut, tampak seorang anak laki-laki yang tengah berbaring di rumah sakit mengeluh kesakitan.

Video tersebut menjadi viral setelah diunggah oleh akun bernama @black_valley, pada 1 Februari silam.

Hingga Jumat (7/2/2020), video tersebut sudah ditonton sebanyak 1,6 juta kali oleh warganet di Twitter.

Polisi temukan fakta baru

Polisi menemukan fakta baru kasus bully yang dilakukan oleh tujuh siswa terhadap MS (13) di Malang.

Setelah dilakukan penyelidikan, para pelaku itu mengaku telah melakukan aksi perundungan terhadap MS.

Mereka akhirnya mengaku telah melakukan aksi kekerasan, meskipun dilatarbelakangi dengan motif bercanda.

Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata mengatakan, tubuh MS sempat diangkat beramai-ramai.

Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata saat melihat kondisi siswa korban perundungan di Rumah Sakit Umum Lavalette Kota Malang, Jumat (31/1/2020). ((Humas Polresta Malang Kota))

Setelahnya korban dibanting di lantai paving oleh para pelaku itu.

"Diangkat beramai-ramai begitu. Terus dibanting ke paving dalam kondisi terlentang," kata Leonardus, dikutip dari Kompas.com.

Tak hanya itu, korban juga sempat dilempar ke pohon oleh para pelaku dengan cara yang sama.

Baca: Update Kasus Bocah SMP di Malang Dibully, Jari Diamputasi & Trauma Berat, Pelaku Diduga Ada 7 Orang!

Kata Leonardus, para pelaku melakukan hal itu kepada MS karena iseng atau bercanda.

Mereka tak sadar atas tindakannya itu bisa membahayakan korban.

"Kejadian itu dilakukan saat sekolah sedang istirahat. Mengakunya mereka iseng bercanda," kata Leo.

Akibat tindakan itu itu, MS kini juga kehilangan jari tengahnya.

Pasalnya, saat dilakukan pengamatan oleh tim dokter Rumah Sakit Umum Lavalette Kota Malang, jari tengah korban terluka cukup parah.

Sehingga diperlukan untuk diamputasi.

Respon Gubernur Jawa Timur

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memberi respon atas kasus bully yang menimpa MS (13).

Ia mengaku prihatin karena MS sampai kehilangan jari tengahnya.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. ((KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN))

Menyikapi hal itu, Khofifah mengingatkan kembali peran dari para guru di Sekolah.

Mereka (guru) harusnya tidak hanya bertugas atau bertanggung jawab pada prestasi akademik saja.

Tetapi juga melakukan pemantauan perilaku dan pergaulan siswa selama di sekolah.

"Jangan sampai kejadian perundungan baru diketahui dan dihentikan ketika sudah ada jatuh korban," tuturnya, melansir dari Kompas.com.

Karena jika fungsi konseling dapat berjalan maksimal, menurutnya dapat membantu menangani masalah yang terjadi pada siswa.

"Jika fungsi konseling ini berjalan baik, siswa akan terbiasa untuk menceritakan masalah yang mereka hadapi pada gurunya atau konselor sebayanya."

"Ini menjadi penting, agar hal-hal yang tidak kita inginkan bisa dicegah lebih awal," kata Khofifah.

(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Andi Hartik/Ghinan Salman)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini