TRIBUNNEWS.COM - Upaya evakuasi buaya berkalung ban di Sungai Palu masih dilakukan.
Tim Satgas di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah saat ini masih berjibaku untuk melepaskan ban di leher buaya siam sepanjang empat meter itu.
Upaya ini sudah pernah dilakukan BKSDA Sulteng dengan menggandeng para ahli satwa seperti Muhammad Panji alias Panji Petualang pada 2018 silam.
Selain itu, ada pula Non Goverment Organization (NGO) asal Australia juga turut membantu BKSDA tetapi masih tak membuahkan hasil.
BKSDA Sulteng pun sampai sempat membuat sayembara dengan iming-iming sejumlah uang bagi orang yang piawai untuk menangkap dan membebaskan buaya tersebut dari ban yang melilit lehernya.
Sayembara ini pun menjadi sorotan media internasional yang turut menyebarluaskan informasi ini.
Namun baru dua pekan diumumkan, BKSDA Sulteng menutup sayembara ini dengan alasan sepinya peminat.
Kemudian BKSDA Sulteng bergerak cepat untuk melakukan penyelamatan buaya berkalung ban sejak sepekan yang lalu.
Di hari pertama Kamis (6/2/2020) dua personel BKSDA Sulteng dalam misi ini dibekali dengan alat khusus yang disebut 'harpun'.
Alat bernama harpun dihubungkan dengan tali dan dipasang di ujung tombak.
Teknisnya, tombak itu nantinya akan diarahkan pada badan buaya, serta harpun tertancap buaya petugas kemudian akan menarik buaya sampai bisa ditaklukkan.
Namun, proses penyelamatan buaya berkalung ban itu belum membuahkan hasil.
Kedua petugas yang ditugaskan untuk menangkap buaya beberapa kali melihat kemunculan buaya berkalung ban, tetapi masih mengalami kendala untuk melemparkan tombak.