"Itu kalau kita ditanya kamu kapan gembira di sekolah? Gembira ketik jam kosong, waktu istirahat, dan ketika pulang"
"Lepas dari sekolah mereka bergembira ria," lanjutnya.
Sedangkan, aksi bullying dapat terjadi dikarenakan suatu lingkungan tidak ada aturan dan norma yang jelas.
Ketika tidak adanya hal tersebut, membuat anak-anak yang memiliki kekuatan secara berlebih memiliki motivasi dan dorongan untuk mendominasi individu lain, termasuk temannya.
Menurut Bukik, kekuatan ini dapat berupa fisik mapun hal lainnya.
"Kekuatan simbolik segala macamnya," imbuhnya.
Baca: Maraknya Aksi Perundungan atau Bullying di Sekolah Coreng Dunia Pendidikan, Psikolog Ungkap Penyebab
Bukik melanjutkan, mirisnya aksi bullying juga sering terjadi di lingungan sekolah yang secara umum memiliki aturan di dalamnya.
Menurutnya, aturan yang dimaksud di sini bukan papan-papan bertuliskan aturan-aturan, melaikan lebih jauh dari itu.
Yakni aturan dan norma yang hidup dan dilaksanakan oleh individu di lingkungan tersebut.
"Peraturan yang ditulis tidak cukup," katanya.
Bukik menyampaikan konsep merdeka belajar adalah langkah yang tepat untuk menanggulangi maraknya aksi bullying.
Dalam konsep tersebut, para murid mendapatkan kesempatan dan ruang untuk mengembangkan dirinya sendiri.
"Mereka memperoleh kesempatan, kewenangan dan kepercayaan mengatur sendiri proses belajarnya"
Terakhir, Bukik menjelaskan satu dari sekian banyak manfaat penerapan konsep merdeka belajar, kemampuan murid untuk mengatur dirinya dikembangkan.