"Astaga!," ucapnya spontan.
Di sungai berarus air kencang, terdapat puluhan remaja berseragam pramuka sambil memegangi batu, bambu, apapun benda yang bisa digenggam tangan agar tubuh tak hanyut terbawa arus.
Ada yang di tengah, ada yang di pinggir sungai. Semua tampak panik bercampur takut.
Tangisan tak kalah dominan dari deru air sungai.
Mereka adalah siswa-siswi SMPN 1 Turi yang hanyut saat melakukan aktivitas susur sungai.
Total, ada 250 siswa-siswi SMPN 1 Tuti yang mengikuti kegiatan tersebut.
Semua terempas air deras kiriman dari hulu. Sebagian terseret, sebagian coba bertahan dengan memegangi apa saja yang ada di sana.
Berada di tebing setinggi tiga meter, Kodir melihat anak-anak itu berjuang untuk bertahan dari gempuran arus.
"Byuuur!".. Kodir memutuskan untuk melompat ke bawah.
Kemudian, secepat mungkin, ia meraih satu per satu anak untuk dibawa ke pinggir sungai.
Siswa-siswi yang sedang memegangi batu di tengah ia prioritaskan.
"Ada lebih dari 20 anak saya evakuasi. Enam di antaranya lemas," katanya kepada Tribun Jogja, Minggu (23/2/2020).
Dari enam anak yang dalam kondisi lemas, mayoritas adalah perempuan.
Mereka histeris. Mereka tak henti menangis. Mereka tampak benar-benar syok.