Sunarto melanjutkan saat siang hari semua titik api telah padamkan bahkan sempat hilang dari pantauan satelit.
Tiba-tiba menjadi bertambah dan meluas di malam hari yang seharusnya dengan kondisi suhu rendah adalah kecil kemungkinan titik api makin meluas
"Hal ini perlu menjadi fokus dan penanganan secara bersama para stakeholder terkait," ujar Sunarto.
Dilansir Antara, Komandan Regu BPBD Pekanbaru, F Zabua, menyatakan luas lahan terbakar diperkirakan mencapai setengah hektare.
Belum dipastikan penyebab kebakaran lahan, tetapi ia mengatakan di sekitar lokasi terdapat gubuk-gubuk liar yang dibangun warga.
"Panjang ular piton tersebut diperkirakan mencapai empat meter.
Posisi ular ditemukan sudah mati dengan kondisi melingkar untuk melindungi telur-telurnya.
Ada 12 telur yang ditemukan di bawah bangkai ular itu.
Petugas memindahkan bangkai ular tersebut ke tepi jalan.
Ular piton atau sanca termasuk reptil yang dilindungi sebagaimana tertuang dalam Lampiran Peraturan pemerintah (PP) No. 7 tahun 1999," terang Zabua.
Sementara itu, prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Yudhistira, menyatakan hasil pantauan satelit pada Senin petang menunjukkan ada 65 titik panas di Riau yang jadi indikasi awal karhutla.
"Titik panas paling banyak di Kabupaten Pelalawan dengan 22 titik,
kemudian di Bengkalis (10 titik), Indragiri Hilir (8), Siak (7),
Kepulauan Meranti (6), Dumai (5), Rokan Hilir (4), Indragiri Hulu (2), dan Kampar (1)," ujar Yudhistira.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul KRONOLOGI Ular Piton 4,5 Meter Mati Terpanggang Demi Lindungi 20 Anaknya saat Kebakaran Hutan, https://surabaya.tribunnews.com/2020/03/04/kronologi-ular-piton-45-meter-mati-terpanggang-demi-lindungi-20-anaknya-saat-kebakaran-hutan?page=all.