Maka ia pun meminta maaf kepada warga Indonesia atas kejadian penolakan tersebut.
"Kami meminta jangan dipukul rata ini ulah warga Suwakul karena hanya segelintir oknum yang menolak," harapnya.
Ketua RW 08 Suwakul, Daniel Sugito, mengaku bahwa sebenarnya awalnya pemakaman jenazah perawat RSUP Dr Kariadi di TPU Siwarak itu berjalan lancar. "Dari awal keluarga yang bersangkutan sudah minta izin ke saya.
Kebetulan saya juga ketua TPU Siwarak. Sesuai tata tertib yang ada kami lihat itu sebenarnya diizinkan. Kami sudah dengan pengurus makam mengajak penggali menyiapkan liang lahat," jelasnya.
Ia pun mengaku juga telah menginformasikan ke semua ketua RT di wilayah RW 08 Suwakul lewat pesan Whatsapp (WA) untuk dapat memahami kejadian tersebut.
"Ayah dan juga Pakdenya (Nuria Kurniasih--Red) dimakamkan di TPU ini. Sehingga pemakaman Nuria saya izinkan," paparnya.
Namun, ia menjelaskan, tiba tiba ada sekelompok orang mengaku perwakilan masyarakat Suwakul menolak pemakaman tersebut.
Alasannya, banyak mobil yang mendatangi TPU itu, dan juga banyak orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD).
"Saya sudah menjelaskan jenazah ini punya hak yang sama untuk dimakamkan di sini, tapi perwakilan masyarakat ini tiba-tiba menolak," jelasnya.
Daniel pun mengaku awalnya curiga dengan oknum mengatasnamakan diri perwakilan masyarakat Suwakul.
Sebab, ketua RT di wilayahnya tak pernah mengumpulkan warganya meminta pendapat.
"Kalau ada oknum mengatakan mereka perwakilan masyarakat, buktinya kapan pengambilan keputusan itu dilaksanakan?" ujarnya.
Setelah proses diskusi yang alot, Daniel mengatakan pihak keluarga Nuria kemudian memutuskan untuk memakamkan jenazah perawat RS Kariadi itu di Kota Semarang.
"Saya pun selaku ketua RW 08 mohon maaf atas kejadian ini. Kami sudah semaksimal mungkin mengupayakan agar jenazah bisa dimakamkan di sini, di sebelah makam ayahnya, jadi tak bisa terlaksana karena ulah oknum mengatasnamakan perwakilan warga," jelasnya.