Menurut Agus, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab.
Di antaranya identifikasi pasien, kejujuran pasien, faktor screening, dan faktor tenaga medis itu sendiri.
Baca: Cerita Mahasiswa Papua di Semarang Kaget Didatangi Ganjar, Kurang dari 1 Jam Sembako Tiba di Asrama
"Kita kalau mencari penyebab pengkajiannya harus secara dalam dari epidemologis."
"Namun kita sudah mengidentifikasi beberapa potensi yang bisa terjadi," tuturnya.
Faktor pertama yang disebut Agus tentang mengidentifikasi pasien.
Karena gejala pasien Covid-19 mirip dengan penyakit lain, lanjut Agus, maka bisa saja pasien tersebut lolos menjalani perawatan yang non Covid-19.
Faktor kedua dan yang menjadi viral adalah soal kejujuran pasien.
Agus membenarkan bila ada pasien yang tidak berterus terang mengenai gejala klinis dan riwayat perjalanannya.
"Ada beberapa pasien yang tidak berterus terang menyampaikan gejala klinis dan riwayat perjalanannya."
"Ada pasien yang di daerah lain sudah di tes positif, tapi tidak berterus terang," katanya.
Lebih lanjut Agus juga menuturkan adanya faktor screening yang sudah dilakukan secara ketat, tetapi bisa saja lolos.
Terakhir, Agus menuturkan faktor yang menjadi penyebab adalah dari para tenaga medis itu sendiri.
Terkait dugaan kekurangan APD, Agus mengaku APD sudah digunakan dengan tepat sesuai dengan kebutuhannya.
"Kita ingin meluruskan di bebrbagai media menyebut kekurangan APD menyebabkan tertular, padahal APD itu digunakan pada tempat yang ditentukan."
"Untuk zona merah itu tidak mungkin kita memberikan APD dibawah standar," tegas Agus.
(Tribunnews.com/Maliana)