Ia mengatakan bahwa jumlah ODP dan PDP saat ini masih terus diawasi.
Mereka yang masuk dalam golongan tersebut bisa jadi mendapati hasil negatif atau positif sehingga selanjutnya daapt dilihat peningkatan atau eskalasi kasus positif baru di DIY, yang menjadi salah satu syarat pengajuan PSBB.
"PSBB melihat perkembangan di situ. Bukan yang tertular. Bukan seperti misalnya dengan Indogrosir ditutup seperti itu berarti semua kena. Maka yang dilihat (lebih banyak) antara yang positif sama yang meninggal, jelas positif," bebernya.
Sultan pun menyayangkan tindakan karyawan Indogrosir di mana pasien tersebut telah dinyatakan positif Covid-19, yang tidak memberikan informasi secara jujur kepada pihak medis yang menanganinya.
"Kalau memberikan keterangan tidak lengkap, tidak benar, misal ditracing seperti Indogrosir itu maslaah lain. Tapi kita tidak bisa menindak kalau dia bohong. Harus tetap jujur karena jujur membawa konsekuensi yang lain. Kenapa tidak jujur, wong dia melakukan kelalaian sendiri, pergi kok. Kenapa dia harus sembunyikan," sesalnya.
Baca: Rela Sewa Truk Towing Rp 6 Juta untuk Mudik, Tapi Kepergok Polisi di Ngawi
Raja Keraton Yogyakarta tersebut kembali mengingatkan masyarakat ketika mereka tidak disiplin dan mematuhi aturan yang berlaku, maka wabah Covid-19 tidak akan segera berakhir.
"Kalau masyarakat nggak pernah mau tertib sesuai protokol, ya itu akan terjadi terus. Sebetulnya Covid-19 ini penyakit mengatasinya paling murah, tinggal di rumah wis itu aja. Tapi selama tidak pernah mengikuti itu, maunya sendiri. Tidak mendisiplinkan diri, selamanya nggak akan pernah selesai," bebernya.
Ia juga meminta, agar semua kegiatan yang mengundang kerumunan dihentikan dan masyarakat bisa mengontrol diri untuk tidak berkerumun.
"Saya mohon yang kumpul-kumpul pun suasananya belum kondusif. Kita mau mendisiplinkan diri punya kesadaran tapi kita nggak pernah punya kesadaran untuk itu. Tidak ada yang lain. Covid-19 ora (belum) ono obate," tutupnya.
Sesuai karakter DIY
Ahli Kebijakan Publik dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Agus Heruanto Hadna, menyarankan agar Pemerintah Daerah DIY, perlu untuk mulai mempertimbangkan PSBB, yang sesuai dengan karakter DIY.
“Karakternya adalah, bahwa desa, RW,dan RT lebih solid, partisipasi dan kepedulian masyarakat lebih tinggi, pengetahuan masyarakat yang lebih baik. Artinya, jika PSBB diterapkan, maka basisnya adalah komunitas,” terang Dr. Hadna, Kamis (14/5/2020).
Baca: Kedisiplinan PSIS Semarang Diukur Lewat Berat Badan: Bobot Bertambah Bakal Kena Denda
Dr. Hadna, menyebutkan, kesadaran masyarakat di Yogyakarta dengan kearifan lokalnya, adalah alasan mengapa PSBB , jika diterapkan di Yogyakarta akan relatif berbeda dengan wilayah lain.
“Pikir saya, adalah model local wisdom yang selama ini dikembangkan di setiap wilayah dengan caranya masing-masing harus ditingkatkan dan dijaga. Yogyakarta, saya pikir memnuhi syarat itu,” imbuh Dr. Hadna.
Menyoal efektifitas penyekatan pemudik, Dr. Hadna, menambahkan, belum bisa diukur seberapa efektif penyekatan tersebut.