News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

HIMPSI Jabar Gelar Aksi Tari 'Ketuk Tilu di Rumah Aja' Kolaborasi dengan Rumpun Indonesia

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mahasiswa Jurusan Seni Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Semester V membawakan tarian ketuk tilu cikeruhan naek kangsreng saat mengikuti ujian di Kampus STSI, Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (28/1/2014). Ujian ini diikuti sembilan mahasiswa semester V dan VII sebagai salah satu mata kuliah praktek yang diujikan dalam Ujian Akhir Semester (UAS).

Ketuk Tilu dan Kesehatan Mental

Lebih lanjut, Ifa yang juga merupakan Kepala Klinik Psikologi RS Melinda 2 Bandung menyebut ada kaitannya tarian Ketuk Tilu dan kesehatan mental.

"Tarian dinamis seperti Ketuk Tilu adalah salah satu bentuk olah gerak yang mudah dilakukan untuk melawan bosan yang dengan sendirinya melibatkan mindfulness bahwa kita tidak sendirian melawan perasaan bosan dan terasing sehingga kesehatan mental kita terjaga selama di rumah," ungkapnya.

Selain itu, Ifa menjelaskan, ketuk Tilu sebagai tarian pergaulan yang merupakan tarian rakyat di wilayah Priangan.

"Dipilih oleh HIMPSI Jabar dan komunitas Rumpun Indonesia sebagai strategi budaya yang berakar dari nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga tradisi dan menggerakan kesadaran anak bangsa untuk mencintai keberagaman sebagai DNA Indonesia," ujarnya.

Menurut Ifa, manusia bisa dipisahkan fisik (physical distancing).

"Tetapi dalam konteks social distancing, manusia tidak bisa terpisah secara sosial karena manusia adalah mahluk sosial yang dihubungkan dengan energi batin untuk saling mencari," ungkapnya.

Adapun aksi ini dapat diikuti oleh masyarakat luas, lintas usia dan gender.

Baca: 5 Kegiatan Ini Bisa Bantu Hilangkan Rasa Bosan Anak di Masa Pandemi

Melawan Rasa Bosan

Ifa juga mengungkapkan gerakan ini juga menjadi wujud melawan rasa bosan di rumah saja lebih dari dua bulan.

"Sebagian dari kita sudah setengah mati melawan rasa bosan dengan diam #dirumahaja lebih dari dua bulan. Berusaha menemukan variasi aktivitas sekalipun pergerakan terbatas," ungkap Ifa.

"Namun muncul pemberitaan yang viral bahwa sebagian lain orang tega berkerumun di tempat umum untuk beli baju lebaran, atau berduyun-duyun bergerak menuju kampung halaman dengan resiko membawa penularan," imbuhnya.

Menurut Ifa, memaksakan diri pulang kampung melawan anjuran pemerintah, bahkan tanpa berpikir untuk mengikuti protokol kesehatan.

Untuk itu, Ifa mengajak masyarakat Jawa Barat untuk mengikuti aksi ini sebagai pengobat rindu pada kampung halaman.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini