Lanjut dijelaskan jika Ni Komang Sukma Dewi sendiri yang kini masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas VI di SD 4 Mengwi ikut bekerja dengan membatu tetangga membuat canang untuk dijual.
"Setiap membantu membuat canang dia diberi upah Rp 10 ribu, cukup untuk kebutuhannya termasuk bekal sekolah,"tutur Sunarta.
Sunarta mengaku, kalau untuk masalah makan sehari-hari bisa dari penghasilannya sendiri bekerja, termasuk ada juga bantuan dari kerabat dan dari desa.
Hanya yang jadi masalah sekarang untuk biaya sekolah yang terus terang belum ada jalan keluar.
"Kemarin karena Covid-19 ini mereka juga dapat bantuan. Tapi memang sekarang yang jadi kendala atau masalah yang dihadapinya adalah biaya sekolah," akunya.
Menurut penuturan Sunarta, biaya sekolah Made Widiantara sudah nunggak sekitar dua tahun.
Karena biaya sekolah sebesar Rp 400 ribu per bulan, dikali 24 bulan (2 tahun), maka sebesar Rp 9.600.000 tunggakan sekolah yang harus dibayar.
“Pihak sekolah sebetulnya sudah memberikan dispensasi walau sudah nunggak dua tahun. Tapi bagaimanapun kan tetap harus dibayar. Kami harapkan pihak terkait, dari pemerintah atau dari dari manapun untuk bisa membantu,” harapnya.
Sementara ditemui di rumahnya, Made Widiantara, mengaku tak memiliki cukup uang untuk membayar tunggakan biaya sekolah tersebut.
Upahnya bekerja di salah satu warung, sebagai tukang bersih-bersih, tidak cukup untuk membayar.
"Upah yang diterima rata-rata Rp 500 ribu per bulan hanya cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari," katanya.
Pihaknya mengaku semenjak ibunya meninggalkannya, dirinya juga dibantu oleh bibinya atau saudara dari ayahnya.
Kendati demikian, semena-mena hanya untuk bertahan hidup bersama adiknya.
Ia pun takut, ijasahnya akan disita jika tidak bisa membayar sekolah.