News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pertama Kalinya di Tahun 2020, Bayi Bekantan Lahir di Stasiun Riset Pulau Curiak Batola

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seekor bayi bekantan lahir dari kelompok Bravo di Stasiun Riset Bekantan & Ekosistem Lahan Basah di Pulau Curiak, yang dikelola oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Seekor bayi bekantan lahir dari kelompok Bravo di Stasiun Riset Bekantan & Ekosistem Lahan Basah di Pulau Curiak, yang dikelola oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

Seekor bekantan (Nasalis lavartus) betina dewasa bernama Scarlet, melahirkan seekor bayi bekantan di dalam kawasan Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak di Anjir Muara, Barito Kuala.

Menurut Amalia Rezeki, founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation, ini adalah kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2020.

Sebelumnya tahun 2019 lalu telah lahir 4 ekor bekantan, jadi total 5 ekor sudah yang dilahirkan sejak diresmikan stasiun riset ini.

"Kelahiran bayi bekantan ini menambah deretan kegembiraan crew SBI. Ini merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Di kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI serta masyarakat nelayan setempat, telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di Indonesia," papar Amel, panggilan akrab, Amalia, Minggu (2/8/2020).

Dia mengatakan, kedepan jika sudah siap di sekitar kawasan Stasiun Riset Bekantan tersebut, akan dibangun sanctuary alami sekaligus sebagai rescue center, sesuai arahan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan menggantikan rescue center yang ada di Banjarmasin.

Saat ini pihak SBI berusaha membebaskan beberapa kavling tanah, melalui program buy back land.

Amel berharap semua pemangku kepentingan bisa saling support satu sama lain menyelamatkan bekantan di kawasan tersebut, dengan menjaga habitatnya yang tersisa, agar tidak beralih fungsi menjadi kawasan industri atau pelabuhan sehingga merusak habitat bekantan dan ekosistem hutan mangrove rambai.

Tidak saja bagi upaya penyelamatan bekantan, tetapi juga nasib nelayan tradisional yang bergantung pada sungai serta hutan mangrove sebagai tempat berpijah bagi ikan air tawar yang menjadi penghidupan nelayan sekitar.

Baca: Bekantan di Kalimantan Selatan Mulai Kehilangan Habitat

Terpisah, Ferry F Hoesain senior advisor SBI Foundation menambahkan, sebelumnya, pada tahun 2014 hanya terdapat 14 individu bekantan di Pulau Curiak.

Dan sekarang terdapat sekitar 25 individu bekantan yang terdiri dua kelompok, yang masing-masing diberi nama Alpha dan Bravo.

"Bekantan ini menghuni kawasan stasiun riset bekantan, kelompok Alpha mendiami Pulau Curiak, sedang kelompok Bravo menghuni kawasan green belt di sekitar Camp Tim Roberts, namun sesekali mereka bergabung di Pulau Curiak, bergantung dari ketersediaan pakan bekantan di pulau," paparnya.

Bayi mungil Bekantan wajahnya masih hitam kebiru-biruan saat terlihat berada dalam pelukan Scarlet induknya.

Gabungan tim yang terdiri dari SPORC Brigade Bekantan Seksi Wilayah 3 Pontianak Balai Gakkum LHK Kalimantan bersama Korem 121/Abw, Kodim 1201/Mph, Polres Mempawah, Dinas LHK Provinsi Kalimantan Barat, KPH Mempawah dan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak telusuri area pembalakan liar (Dok KLHK)

Ferry mengapresiasi kerja keras tim dari SBI yang telah mampu mengelola dan mengembangkan Pulau Curiak dengan meningkatkan populasi bekantan di kawasan tersebut, dengan terus berkembangnya kelahiran anak bekantan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini