TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Satu keluarga pengungsi Etnis Rohingya asal Myanmar akhirnya bisa bernapas lega setelah mendapatkan kejelasan tempat tinggal baru.
Nur Alam sekeluarga "transit" di Kota Makassar selama tujuh tahun, kini mengikuti program Resettlement (pemukiman kembali) ke negara Amerika Serikat.
Cuaca panas Kota Makassar yang lumayan terik tak menyurutkan semangat Mohammad Islam bin Nur Alam.
Sesekali terlihat ia menyeka keringat karena harus mendorong trolly yang dipenuhi koper menuju antrean check in Bandara Sultan Hasanuddin, Selasa (18/8/2020).
Penantian pria 43 tahun ini selama tujuh tahun akhirnya terbayar lunas.
Proses Resettlement yang menjadi impian semua pengungsi akhirnya didapatkannya.
Bersama istri dan tiga orang anaknya, Nur Alam akhirnya diterima menjadi warga negara Paman Sam.
"Kami bersyukur, semoga nantinya kehidupan kami jauh lebih baik setelah di Amerika Serikat," ucapnya penuh haru dikutip dari rilis Rudenim Makassar, Selasa (18/8/2020).
Nur Alam adalah salah satu pengungsi Myanmar etnis Rohingya yang selamat dari kerusuhan etnis di negaranya.
Sejak tahun 1994 Nur Alam telah mengungsi ke luar negaranya. Negara pertama jadi pengungsian adalah di Malaysia.
Namun perasaan bersalah karena tak bisa berbuat apa-apa tak bisa ia sembunyikan.
Sambil menyeka matanya yang sembab, Nur Alam menceritakan pedihnya mengetahui 27 orang keluarganya meninggal karena kerusuhan di negaranya.
Baca: Remaja Pengungsi asal Rohingya Menghilang dari Kamp Pengungsian Aceh
Saat ini tersisa hanya kakak dan adik kandungnya di Myanmar, itupun mereka hanya berkomunikasi melalui telepon.
Karena situasi Myanmar yang masih mencekam khususnya untuk etnis Rohingya.
Program Resettlement
Proses pemukiman kembali Nur Alam beserta keluarga dimulai saat dijemput dari tempat penampungan Wisma Budi.
Nur Alam beserta keluarga menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Mereka didampingi oleh petugas escort (pengawal) dari Rudenim (Rumah Detensi Imigrasi) Makassar sebanyak dua orang.
Rombongan bertolak ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan menggunakan pesawat Garuda kode penerbangan GA0605, Selasa (18/8/2020) pukul 13.05 Wita.
Setiba di Bandara Soekarno Hatta, didampingi oleh petugas escort, mereka menemui staff IOM (International Organization for Migration).
Petugas IOM telah menunggu di terminal 3 keberangkatan guna penyerahan dokumen perjalanan dan berkas-berkas kelengkapan lainnya.
Selanjutnya petugas pengawal Rudenim Makassar melakukan serah terima dengan petugas Imigrasi Bandara Soekarno Hatta.
Baca: 99 Pengungsi Rohingya Dipindah dari Bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe ke Tempat yang Lebih Layak
Selanjutnya Nur Alam dan keluarga akan berangkat menggunakan pesawat maskapai Qatar Airways QR955 pada Rabu (19/8/2020) pukul 00.40 WIB menuju Bandara Doha Hamad International.
Dan dilanjutkan menuju Bandara Chicago O'hare International Airport dengan pesawat Qatar QR 725 pukul 07.45 waktu setempat.
Kepala Rudenim Makassar Togol Situmorang, mengatakan status Indonesia hanya sebatas negara singgah.
"Indonesia hanyalah negara singgah bagi para pengungsi, bukan termasuk negara tujuan untuk mereka hidup menetap apalagi bekerja," ucap Togol.
Para pengungsi tidak boleh bekerja di Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB mengenai Status Pengungsi Tahun 1951 dan Protokol mengenai Status Pengungsi 31 Januari 1967.
Keberadaan pengungsi di Indonesia hanyalah sebagai tempat mereka menunggu untuk menuju ke negara yang secara sah menerima.
Yakni negara-negara yang meratifikasi Konvensi dan Protokol pengungsi.
Negara itu antara lain Australia yang terdekat dari Indonesia, Selandia Baru, atau juga Amerika Serikat dan Kanada.
Negara-negara itu umum disebut sebagai 'negara ketiga'.
Berdasarkan data Rudenim Makassar, tahun 2020 ini telah dilakukan Ressetlement terhadap 42 pengungsi Luar Negeri di Kota Makassar.
Masing-masing warga Myanmar sebanyak 17 orang, Somalia 10 orang, Afganistan 9 orang, Pakistan 4 orang, dan Iran sebanyak dua orang.
Ke depannya Togol Situmorang berharap akan semakin banyak jatah resettlement dari negara-negara ketiga.
Hal ini mengingat masih ada tersisa 1.671 pengungsi di Kota Makassar yang terus merajut asa untuk pergi ke negeri impian.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Kisah Nur Alam, Pengungsi Rohingya 7 Tahun Menanti Kini Resettlement ke AS, 27 Keluarga Jadi Korban