"Di mana saat itu saya sebagai Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) di Kecamatan Gladagsari," katanya.
Agung mengatakan, dirinya terkonfirmasi positif dalam kategori asimptomatic.
Kondisi itu membuat dirinya nyaris tanpa mengalami gejala klinis sebagaimana pasien corona pada umumnya.
"Kondisi saya bugar dan segar. Nyaris tanpa gejala apa pun. Hanya sedikit gejala gatel di tenggorokan," imbuhnya.
Agung menyebut gejala di atas seperti ada duri ikan bandeng yang menyakut di tenggorokannya.
"Yang rasanya itu jarang banget munculnya, dan halus banget. Bila saya tidak memperhatikan dan mawas terhadap gejala ini, pasti saya akan abai," lanjutnya.
Agung sendiri mengaku, gejala yang dirinya alami sudah dirasakan jauh sebelum melakukan tes swab.
Baca: Bebas Covid-19, Jerinx SID Bersedia Jadi Relawan Agar Indonesia Terbebas dari Rasa Takut Berlebihan
Ia waktu itu memutuskan untuk mengisolasi diri dan menjauh dari keluarga dan lingkar pergaulan.
Selama 10 hari, Agung tinggal di kamar mess RSDC19 Boyolali, kamar yang disediakan untuk tim relawan.
Kondisi dengan bayang-bayang risiko sebagai relawan penanganan Covid-19 disadari penuh oleh Agung.
Demi menjaga orang sekitarnya untuk tetap terjaga dari paparan Covid-19, dirinya melakukan segala cara.
Ia mulai menerapkan protokol kesehatan yang ketat hingga menjaga pergaulan sehari-hari dirinya.
"Masker yang setiap waktu saya gunakan selalu dobel, masker surgery dan masker scuba. Saya pakai dobel adalah untuk rasa nyaman saya. Social distancing saya berusaha ketat terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari."
"Dalam penerapan distancing ini, saya menyadari sangat mungkin ada sanak kerabat yang menganggap bahwa saya paranoid, berlebihan, dan tertawa sinis mencemooh. Saya tidak berkeberatan bilamana ada yang berpersepsi demikian."