Namun, karena kekurangan alat, Budeli kemudian diberangkatkan ke RS Royal Prima Medan.
"Dia sedang asik main catur, tiba-tiba pingsan, sontak rekan-rekan langsung membawa ke rumah sakit di Balige.
Karena kekurangan alat medis, ia dibawa langsung ke RS Royal Prima," jelasnya.
Setalah berasa di RS Royal Prima, Budieli diagnosa mengalami pecah pembuluh darah.
Kemudian, dokter meminta untuk dilakukannya operasi. Aswan mengatakan, Budieli sempat menjalani rawat inap selama lima hari.
Akan tetapi, dikatakannya, pagi tadi PDI-Perjuangan mendengar kabar yang tidak menyenangkan, di mana Budieli Laila dinyatakan meninggal dunia.
"Dia sempat menjalani perawatan selama lima hari, tetapi kami mendengar kabar yang buruk," jelasnya.
Di DPRD Sumut, Budieli terbilang tegas.
Sebab didalam berbagai rapat, anggota komisi E ini tak sungkan menyampaikan kritiknya secara pedas.
Salah satunya saat "memprovokosi" Fraksi PDIP walkout di sidang paripurna pembahasan Ranperda (Rancangan Peraturan Daerah) atas LKPj (Laporan Keterangan Pertanggung-jawaban) Gubernur Sumut terhadap APBD 2019, Selasa siang (11/8/2020) lalu.
Kemudian, Aswan mengatakan, bahwa Budieli meninggal bukan karena terpapar Pandemi Covid-19. Karena, hasil Rapid Tes dan Swab tidak menyatakan, bahwa Budieli positif.
"Tidak, dia bukan karena Covid-19 meninggal, karena Covid-19," jelasnya.
Jasad Budieli Laila akan diberangkatkan ke Kepulauan Nias untuk dikebumikan.
(Satia/Tribun-Medan.com)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Ketua DPRD Sumut Sebut Budieli Laila Meninggal karena Pecah Pembuluh Darah, Pingsan Saat Main Catur