Perempuan yang menjabat Kepala Dinkes Solo sejak 2007 tersebut mengungkapkan pada empat bulan pertama kasus Covid-19 di Solo, kasus positif sangat rendah.
"Dari pertama kali ada kasus pada 12 Maret 2020 sampai 13 Juli 2020, kasus di Solo masih 45."
"Sekarang 1.736 dalam kurang dari lima bulan," ujarnya.
Baca juga: Cerita Jokowi Dilarang Gibran ke Solo Selama Masa Pilkada
Baca juga: Dinkes: 90% Lebih Kasus Covid-19 di Solo tanpa Gejala, Klaster Keluarga Mendominasi
Didominasi Kasus Tanpa Gejala
Lebih lanjut, Ningsih menyebut mayoritas kasus Covid-19 di Kota Bengawan didominasi kasus asimtomatik atau tanpa gejala.
"Kasus di Solo akhir-akhir ini 90 persen lebih asimtomatik, tidak bergejala dan dia (yang terpapar) tidak sadar," ungkapnya.
"Orang pikirannya sehat, terus nggak pakai masker, nggak jaga jarak, padahal ada kemungkinan dia positif," imbuhnya.
Baca juga: Angka Kesembuhan Covid-19 Membaik, Pemerintah Tekankan Pentingnya Jaga Imunitas Tubuh
Selain itu Ningsih juga mengungkapkan kasus Covid-19 di Solo didominasi oleh klaster keluarga.
"Kasus di Kota Solo sebagian besar kasus keluarga," ungkapnya.
"Ada satu kasus tanpa gejala, kemudian di-screening menghasilkan tambahan 13 orang, dan semuanya tanpa gejala," ungkap dia.
Pengembangan kasus juga dijumpai dari warga yang melakukan swab mandiri.
"Tidak bergejala kemudian di-screening ada delapan (positif)," ujarnya.
Baca juga: Mamah Dedeh Positif Covid-19, Ketua RW Ungkap Kondisinya Saat Ini
Ningsih menilai terjadinya klaster Covid-19 di keluarga dinilai karena longgarnya protokol kesehatan.
"Merasa di rumah, masker dilepas, tidak jaga jarak, tidak cuci tangan," ungkapnya.