Apa yang dilakukan komunitas anak muda ini jelas melibas batas masyarakat yang masih menganggap kesehatan jiwa sebagai isu marjinal.
“Gerakan kami panggilan hati, sukarela, karena rasa kepedulian, memegang prinsip kesetaraan dengan para ODMK,” ujar Triana kepada Tribunnews.com, Minggu (27/12/2020).
Griya yang berarti rumah dan Schizofren yang memiliki kepanjangan Social, Humanity and Friendly, dua makna tersebut mengiringi aksi mereka.
Baca juga: Astra Life Gandeng Traveloka, Hadirkan Perlindungan Jiwa dan Kesehatan yang Terjangkau
Triana mengatakan komunitas yang berdiri sejak tahun 2013 itu mengajak para ODMK menjalani terapi dengan prinsip sosial.
Terapi mengaji, bernyanyi, menggambar, mendongeng, mewarnai, dan aktivitas sosial lainnya, hingga akhirnya membentuk pola komunikasi positif.
Dan efeknya, mereka yang sebelumnya terbuang, dianggap meresahkan, tak bernilai di tengah masyarakat, pada akhirnya relung kesendirian mereka terisi.
“Mereka setidaknya merasakan diperlakukan sebagai layaknya manusia, sebagai makhluk sosial, memiliki nilai, dan tentunya memiliki asa untuk survive di kehidupan ini,” ujarnya.
Tebar Asa di Tengah Pandemi Covid-19
Sebelum Pandemi Covid-19, pendekatan sosial yang dilakukan Griya Schizofren rutin dilakukan.
Namun kini adanya virus, menjadi batas sementara antara puluhan volunteer Griya Schizofren dengan para ODMK.
Tak diam, Triana dan rekan volunteer lainnya tetap aktif, menjalin komunikasi dengan para pengurus ODMK, yakni Griya PMI Peduli.
Mereka kini gigih menjalankan program membantu pendanaan untuk meringankan beban Griya PMI Peduli dalam menjaga kesejahteraan ODMK.
Satu di antaranya, selama tiga bulan ini, Griya Schizofren sedang menggalang bantuan, rencananya akan diberikan kepada para ODMK target di awal tahun 2021 nanti.
Selain itu, lanjut Triana, Griya Schizofren juga tetap menyebarluaskan informasi terkait puluhan ODMK di Griya PMI Peduli, yang terletak di Kawasan Mojosongo, Jebres, Solo.