News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belajar Memanusiakan Manusia dari Griya Schizofren, Libas Isu Marjinal, Tebar Asa di Tengah Pandemi

Penulis: garudea prabawati
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para ODMK sedang makan bersama, saling duduk bersebelahan dengan rekannya, Sabtu (26/12/2020). Mereka juga para penerima manfaat dari Griya Schizofren.

Bahkan saat Idul Adha 2020 lalu, Griya Schizofren menyumbangkan satu ekor sapi, lanjut Yudi.

Baik Griya PMI Peduli dan Griya Schizofrens, setidaknya mereka menjadi tempat hangat di dunia yang luas ini, mengayomi para ODMK, dan menebar asa untuk mereka.

Singkirkan Stigma Negatif

Para ODMK sedang berolahraga bersama di halaman Griya PMI Peduli, Sabtu (26/12/2020)

“Kita harus belajar memanusiakan manusia yang bahkan tak termanusiakan,” tambah Kepala Markas PMI Solo Agus Setyo Utomo.

Agus mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Griya Schizofren selama ini, ada semangat anak muda di dalamnya 

Dirinya mengakui cara terapi sosial yang dilakukan oleh Griya Schizofren seirama dengan apa yang dilakukan Griya PMI Peduli.

Setiap hari petugas Griya PMI Peduli hidup berdampingan dengan para ODMK, mengajak berkomunikasi, atau setidaknya menjadi pendengar cerita-cerita 'ajaib' mereka.

“Walaupun ceritanya ngalor-ngidul (tidak jelas),” terangnya.

Baca juga: PWI Pusat dan Astra International Hadirkan Tokoh Muda Inspirator Penggerak Tolak Human Trafficking

Menurut Agus, mendampingi mereka yang memerlukan dukungan moral dalam keterbatasan adalah perjuangan yang tidak mudah. 

Bahkan tak sesederhana yang dibayangkan, memang perlu hati dan nurani.

Dari total 300 lebih orang dengan gangguan kejiwaan yang dirawat di Griya PMI Peduli, Agus berkisah ada banyak yang sembuh, ada yang sudah menemukan keluarganya yang selama ini hilang.

Ada juga yang meninggal, bahkan ada yang masih terus mengabdi untuk Griya PMI Peduli.

Agus sepakat seperti yang telah dilakukan Griya Schizofren, bahwa orang dengan gangguan kejiwaan tidak seharusnya hidup dalam stigma negatif.

“Bahkan seorang yang dianggap gila oleh masyarakat sekalipun tidak hilang haknya sebagai manusia,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini