Siklus hidup sebuah badai guntur dapat digambarkan dengan tahapan sebagai berikut:
Menjadi towering cumulus
Pada tahap menjadi towering cumulus sebuah awan Cu mulai tumbuh secara vertical mencapai ketinggian hingga 6 km.
Massa udara di dalamnya didominasi adanya updraft dengan beberapa aliran turbulensi eddy di sekeliling tepi awan
Mencapai tahap matang
Pada saat thunderstorm mencapai tahapan matang, awan dapat berkembang menjulang sangat tinggi, seringkali mencapai 12 km atau lebih.
Citra satelit terkadang dapat menunjukkan terbentuknya overshooting di puncak awan badai guntur tersebut yang bahkan dapat mencapai lapisan tropopause.
Maka akan dihasilkan hujan dan gaya friksi kebawah terdesak oleh butiran‐butiran air hujan yang turun di sekitar wilayah udara yang menghasilkan downdraft.
Kemudian proses pendinginan massa udara akibat penguapan butiran‐butiran air hujan akan meningkatkan kecepatan downdraft.
Laju updraft dan downdraft relative lemah, yaitu sekitar 10m/detik, dan keduanya dapat saling mempengaruhi atau bercampur.
Baca juga: Penjelasan PVMBG soal Keterkaitan Gunung Raung dengan Suara Dentuman di Malang
Tahap peluruhan
Pada tahap peluruhan, hujan akan menyebar ke seluruh bagian awan badai guntur dan downdraft menjadi lebih luas.
Updraft semakin melemah, badai mulai kehabisan suplai udara panas yang lembab sebagai bahan bakarnya, dan akhirnya awan badai guntur akan meluruh.
Hujan ringan dan angin dari outflow melemah dapat tetap berlangsung untuk sementara waktu pada tahap ini, sebelum yang tertinggal hanya sisa‐sisa anvil Cb‐nya.