News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dukun Pengganda Uang Tipu Warga Semarang, Ritual Jenglot, Kuras Uang Korbannya hingga Rp 150 Juta

Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Heboh Dukun Pengganda Uang di Semarang, Ada Sesajen dan Taburan Bunga Layu, Rp 150 Juta Raib

TRIBUNNEWS.COM - Seorang warga di Tembalang, Kota Semarang mengaku kehilangan uang Rp 150 juta.

Ia mengaku menjadi korban kasus penipuan dengan modus penggadaan uang.

Korban, sebut saja namanya Misnah, mengaku dukun penggadanda uang itu bernama Supriyono.

Dalam melancarkan aksinya, kata Misnah, dukun tersebut menggunakan ritual jenglot.

"Dukun tersebut bernama Supriyono dia membuka praktik di dukuh Kaligetas, Ajibarang, Mijen, Kota Semarang," katanya yang meminta identitasnya disembunyikan.

Kini dia masih harus menanggung malu terutama kepada anak dan keluarganya akibat kasus tersebut.

Dia bercerita, awal terjerat kasus penipuan dukun pengganda uang akibat bujuk rayu temannya.

Apalagi ketika itu dia sedang dalam kesulitan karena bisnisnya sedang berantakan.

Dia dihimpit utang sehingga gelap mata yang membuatnya mudah terbujuk rayu seorang temannya.

"Saya ingin segera membayar utang itu maka dengan mudah saya terbujuk meski awalnya tak percaya," terangnya.

Baca juga: Heboh Dukun Pengganda Uang di Semarang, Ditemukan Sesajen & Jenglot, Korban Tertipu Rp 150 Juta

Baca juga: Driver Ojol Kena Tipu Rp 400 Ribu, Antar Kardus Berisi Kain dan Batu, Mengaku Sempat Curiga

Keraguan korban mulai luntur saat bertemu dengan dukun pengganda uang bernama Supriyono.

Pelaku begitu sopan saat bertemu orang yang lebih tua yang ditunjukan dengan mencium tangan.

Bahasanya jawa kromo alus dan mengaku keturunan keraton Yogyakarta.

Saat pertemuan awal itu sekira pada akhir tahun 2019, tak hanya Supriyono melainkan beberapa orang yang mengaku pasiennya.

Jadi ada semacam testimoni dari para pasien bahwa telah berhasil menggandakan uang di dukun Supriyono.

"Ada yang sudah berhasil bikin rumah dan tambak. Saat ketemu awal itu sangat menyakinkan karena pelaku juga menunjukan tumpukan uang," tuturnya.

Selepas mulai yakin, dukun Supriyono mulai memperdayanya. Akhirnya dia bersedia menggandakan uang dengan nominal Rp 10 juta.

"Ketika itu saya sedang merugi, tak belain jual emas dan utang agar punya uang Rp 10 juta untuk digandakan," terangnya.

Dia menyebut, pelaku menjanjikan dari uang Rp 10 juta yang digandakan akan menghasilkan berpuluh kali lipat menjadi Rp 400 juta hingga Rp 500 juta.

Media pengganda uang berupa ritual jenglot.

"Di tempat ritual ada jenglot yang dibungkus kain mori. Jenglot itu bergerak-gerak dengan mata menyala. Entah asli atau tidak," terangnya.

Dia mengatakan, proses penggandaan uang dimulai dengan menyediakan sesaji di depan jenglot.

Tak lupa uang Rp 10 juta ditata sedemikian rupa lalu uang itu akan dijilati oleh jenglot.

Selepas dijilati jenglot uang dimasukan ke sebuah kotak di belakang tempat ritual yang tertutup kain jarik warna gelap.

"Pelaku bilang nanti jenglot yang akan bekerja menggandakan uang dengan berkeliling ke bank-bank. Hasilnya akan terlihat tiga bulan kemudian," jelasnya.

Dia pun bersabar menunggu tiga bulan agar uangnya berlipat hingga ratusan juta.

Sayangnya, baru dua minggu berjalan, dia sudah diberitahu pelaku agar mendatangi rumah kontrakan pelaku.

Pelaku menyebut agar korban mencari uang lagi agar kerja jenglot dalam mencari uang maksimal.

Dia pun mencari pinjaman ke temannya sebesar Rp 20 juta.

"Aku pinjam Rp 20 juta diberi bunga sama temen 10 persen," katanya.

Selang dua bulan kemudian, dia harus membayar uang pinjaman itu sehingga memilih untuk menjaminkan BPKB mobil anaknya di sebuah BPR di Semarang.

Adanya koneksi di BPR tersebut,membuatnya mudah mendapat pinjaman sebesar Rp 60 juta.

"Uang tersebut saya bayarkan utang sebesar Rp 20 juta plus bunga 10 persen. Entah kenapa saya terbujuk lagi ke dukun itu. Uang sisa pinjaman BPR sebesar Rp 20 juta tak kasih ke dukun lagi untuk digandakan," terangnya.

Saat tiba waktu tiga bulan yang dijanjikan pelaku, dia diminta pelaku untuk membuat sesaji tujuannya agar uang gaib hasil buruan jenglot ratusan juta bisa dicairkan.

Baca juga: Cerita Penjual Jamu Ditipu Pelanggan Sendiri, Pelaku Pura-pura Perbaiki HP, Tapi Malah Dibawa Kabur

Saat prosesi itu pelaku beralibi harus ada getah tanaman Gadung sejenis tanaman umbi-umbian yang tumbuh di hutan.

Namun getah tanaman itu tak berhasil ditemukan sehingga jenglot tak bisa pulang untuk membawa uang hasil dari bank.

Dia mengaku, terus diperdaya pelaku hingga menguras uangnya.

Pada pertengahan bulan Agustus 2020 dia sudah mulai curiga ke pelaku dan berharap uangnya yang dimasukan ke kotak belakang tirai tempat ritual dukun Supriyono agar segera dibongkar.

Namun dia mendapat ancaman dari pelaku jika tempat itu dibongkar maka akan ada malapetaka yang menimpa mereka berupa hilangnya nyawa.

Pelaku lalu mencoba menyakinkannya dengan menunjukan proses penarikan uang gaib dari balik tirai sebesar Rp 3 juta.

Pelaku menyebut uang itu sebagai uang gaib padahal itu hanya tipuan.

"Uang Rp 3 juta itu diberikan kepada saya Karena sudah diperdaya saya percaya saja. Uang itu saya setor tunai ke mesin ATM agar yakin itu uang asli," bebernya.

Selepas itu, pelaku bilang agar saya lebih bersabar untuk menarik uang gaib yang lebih besar karena syarat berupa getah gadung belum ditemukan.

Dia melanjutkan, pelaku sempat meninggalkan sebuah kotak di rumahnya dengan alasan hendak pergi ke Yogyakarta untuk melakukan ritual agar jenglot bisa pulang membawa uang.

Baca juga: Ngaku Kasat Lantas, Pria Ini Berhasil Tipu Seorang Wanita, Korban Transfer hingga Rp 400 Juta

Pelaku ketika itu mengirimkan video proses ritual di kuburan atau tempat angker lainnya yang entah itu di mana.

"Pelaku menyakinkan saya dengan mengirim video itu namun saya diminta langsung menghapusnya."

"Alasan pelaku menyuruhnya menghapus video dan chatting agar tak meninggalkan jejak dengan menakut-nakuti," katanya.

Ternyata saat pelaku beralasan pergi ke Yogyakarta ternyata tak pergi kemana-mana melainkan melakukan penipuan ke korban lain.

"Pada saat itu pelaku juga sudah menemukan para korban lainnya," terangnya.

Dia menjelaskan, jangka waktu penipuan yang menimpanya berlangsung dari Desember 2019 sampai Desember 2020.

Total uangnya yang dibabat pelaku hingga total Rp 150 juta.

Uang tersebut awalnya uang pinjaman.

"Akan tetapi anak saya yang hendak menikah melunasinya dengan uang tabungan untuk biaya pernikahannya," tuturnya.

Dia menyebut, tak hanya dirinya yang menjadi korban.

Melainkan ada belasan korban lainnya hanya saja enggan melapor.

Termasuk teman-temannya yang awal mengenalkannnya ke pelaku.

Baca juga: Seorang Kakek Ngaku Aiptu Padahal Buruh, Berhasil Tipu 4 Wanita, 2 Korban Sudah Diajak Berhubungan

Kini hanya ada dua korban yang melaporkan kasus itu ke pihak kepolisian pada pertengahan Januari 2021.

Dia bersama lima korban lainnya melapor namun hanya dua yang di buatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Yakni dirinya yang merugi Rp 150 juta dan korban lainnya Rp 18 juta.

"Selepas pelaku sadar aksinya diketahui langsung menonaktifkan nomornya. Saya datangi rumah kontrakannya sudah kabur," terangnya.

Hingga sekarang pelaku belum tertangkap. Pelaku kabur dari kontrakannya setelah mengendus aksinya terbongkar.

Pelaku mengontrak bersama istri dan anak perempuannya yang berusia sekira tiga tahun.

Saat mengontrak pelaku selalu tak memberikan identitas aslinya seperti KTP dan KK.

Dia berharap, pelaku dapat lekas tertangkap agar tak ada korban lain.

"Saya ingin pelaku lekas tertangkap untuk keadilan para korban," terangnya.

Pengamatan Tribunjateng.com, lokasi kontrakan yang dihuni pelaku untuk praktik pengadaan uang sudah kosong.

Pelaku hanya meninggalkan dua meja kecil. Berbagai peralatan ritual sudah tak ada di lokasi.

Ritual dilakukan oleh pelaku di sebuah ruangan kayu samping rumah kontrakan.

Pemilik kontrakan yang enggan disebutkan namanya, tak tahu kalau rumah kontrakanya menjadi pusat ritual pengganda uang.

Pelaku mengaku warga Taman Lele Tambakaji, Ngaliyan, Semarang.

Sudah mengontrak rumah tersebut selama hampir dua tahun. Jangka waktu kontrakan habis pada Januari 2021 lalu.

"Sudah saya bersihkan semua sekalian renovasi. Banyak perkakas yang kami ganti. Jangan bahas itu," katanya.

Kapolsek Mijen, Kompol Ady Pratikto belum dapat dikonfirmasi lebih jauh terkait kasus ini.

"Saya cek dulu," jawabnya singkat saat dikonfirmasi Tribunjateng.com

(TribunJateng.com/Iwan Arifianto)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Dukun Pengganda Uang Ritual Jenglot Tipu Warga Semarang, Uang Rp 150 Juta Buat Nikah Raib

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini