“Putra itu lemah secara fisik, teloh berbicara dan memiliki kelainan mental. Jadi saya tidak berani meninggalkannya walau dia selalu menyuruh saya pulang setelah selesai mengecat," tambah Rani.
Karena keterbelakangan mental itu, Rani sangat waspada dengan anaknya.
Putra sendiri mulai bekerja sejak kecil sebagai pengamen bersama ayahnya.
Ayah Putra semenjak ia kecil ngamen di Imam Bonjol, sedangkan Rani menjual minuman sachet dan rokok menggunakan keranjang di sana.
Menurut Rani, karena bekerja sebagai pengamen sewaktu sekolah, Putra sering menjadi bahan olok-olokan temannya sehingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah.
Baca juga: Kisah Kosmas Adang Pengantin Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Sang Adik Ungkap Kondisinya
“Putra sewaktu kelas 4 SD tidak mau lagi diantar ke sekolah, ia menolak pergi ke sekolah tanpa memberi tahu penyebabnya," kata Rani.
Dari SD Putra memang sukar bercerita.
"Pernah ketika saya dan ayahnya bekerja, Putra dipukuli dan diolok-olok saat bermain di lapangan Imam Bonjol, tapi adiknya yang memberi tahu kepada saya," ujar Rani.
Saat ditanya, kata Rani, Putra selalu menjawab tidak tahu atas apa yang terjadi padanya.
Sejak tahun ini Putra juga sering pergi dari rumah walau akhirnya kembali lagi.
“Dua bulan lalu sewaktu duduk di luar rumah tiba-tiba saja Putra menghilang selama tiga hari sebelum kembali lagi ke rumah," kata Rani.
Rani juga membeberkan, pada awal Maret 2021, Putra kembali melakukan hal serupa.
Kali ini Putra menghilang satu pekan sebelum ditemukan kembali di Tunggul Hitam.
"Awal bulan ini, satu minggu dia menghilang sebelum kembali pulang ke rumah," kata Rani.